Guru -digugu dan ditiru- adalah orang yang memberi kita ilmu agar kita menjadi orang yang tahu dan tidak tersesat.Pernah Sayyidina Ali mengupah dengan gaji guru seorang anak kecil yang memberi petunjuk jalan ke tempat seseorang yang ingin dituju hanya karena atas petunjuk tersebut Sayyidina Ali tidak tersesat. Pernah juga Imam Syafi'i menaruh hormat yang luar biasa kepada seorang anak kecil karena menganggap Bapak anak tersebut guru Imam Syafi'i, ketika ditanyakan ke beliau bahwa Bapak anak tersebut mengajarkan bagaimana membedakan anjing dewasa dan masih belum dewasa dari cara kencingnya.
Aku juga punya seorang guru yang sangat berkesan, beliau adalh guru ngajiku yan mengajarkan dan mengenalkan huruf hijaiyah hingga aku mampu membaca secara lancar. Bukan hanya itu yang bisa kutangkap dari beliau, tetapi keiklasan dan kesabaran di dalam melayani murid-muridnya yang bandel-bandel, dan beliau tidak pernah memukul kecuali telah melampaui batas kesabaran seorang malaikat pun. Luar Biasa!
Beberapa hal yang bisa kuambil pelajaran dari beliau:
1. Kesederhanaan
Saking cintanya terhadap dakwah dan menyebarkan ilmu, beliau mengutamakan untuk membangun surau (langgar) untuk tempat pengajian anak-anak kampung, daripada membangun rumah beliau. Beliau sangat yakin Allah akan menolong setiap orang yang menolog agama Allah, dan terbukti tidak lama kemudian beliau mampu membangun pula rumah beliau. Selain mengajar ngaji (yang tidak pernah minta dibayar), beliau mencari nafkah untuk keluarganya dengan berdagang yaitu mencari pisang ke penduduk dan menjualnya kembali. sehabis subuh dan mengaji, beliau langsung berangkat kerja dan diusahakan sampai di rumah sebelum maghrib agar bisa mengajar anak-anak ngaji. Di dalam pengajiannya tidak pernah sedikit pun kudengar keluh kesahnya masalah dunia kecuali kenakalan-kenakalan para santri.Dunia bagi beliau hanyalah sementara, jika ada pun harus segra ditabung untuk akhirat.
2.Keiklasan
Sejak mendirikan surau dan mengajar ngaji, tidak pernah mengharap balasan berupa materi. Beliau hanya bangga dan senang jika melihat santrinya yang berhasil menjadi orang-orang yang sholih, taat pada orangtua dan menjadi orang yang bermanfaat di masyarakat.
3.Mencintai Ilmu
Santrinya terus dipacu untuk belajar dan belajar bahkan bangga jika melebihi beliau.Pernah sehabis ngaji, beliau mengevaluasiku dan mengatakan bahwa beliau sudah tidak ada ilmu lagi yang mau dibagi,karena keterbatasan pengetahuan. Aku tidak sadar apa maksud dari pernyataan beliau, baru setelah aku memperdalam ilmu di SMU dan juga ngaji kepada Kyai yang lain, aku tersadar sebenarnya beliau memintaku segera mencari atau belajar ke kyai lain.Yang menyelamatkan kita hidup di dunia ini adalah ilmu agama.Semoga Allah selalu memberi jalanku untuk selalu mengejar ilmu, dan atas do'a beliu juga aku sampai sekarang masih belajar ngaji dan terus belajar serta tak lupa untuk mengajarkannya juga.
4. Istiqomah dan Disiplin
Tidak ada kata bosan dan sumpek yang kudengar dalam setiap pengajian beliau, dengan telaten dan sabar beliau mencontohkan untuk disiplin dan istiqomah yaitu sebelum maghrib sudah di musholla dan tidak pernah meliburkan pengajian jika memang benar-benar tidak ada halangan semisal sakit yang parah.
Insyallah, beliau selalu berada di hati dan do'aku.Sungguh amal sholih dan ilmu yang bermanfaat tidak akan pernah putus pahalanya. Beliau telah tiada ketika sehabis tadarrus di bulan Ramadhan.Kematian yang membahagiakan dari orang-orang yang sholih.Semua orang merasa kehilangan,terutama dengan sikap kepemimpinan dan suri tauladan.
Ya Allah, ampunilah segala dosanya, terimalah segala amal ibadahnya, dan jadikan dia pengikut ahli jannah.Amin Allahuma Amin.
Mengenang Guruku, Kyai Madun.
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!