Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2021

Free Guy, Sebuah Reviu

Film free guy jadi film box office minggu ini. Cukup menarik, mengambil cerita kekinian tentang dunia games yang ditopang oleh Artifisiall Intelijen. Dalam dunia games "free city", nama game online tersebut, Guy hanyalah pemain background atau latar yang setiap hari hanya menjalankan rutinitas bangun, ganti baju, jalan ke kantor, beli kopi, ketemu teman kantor, sampai ke kantor (bank), melayani customer dan jika ada perampokan, hanya diam tak melawan. Tiba-tiba, guy melihat gadis yang disukai nya, salah satu tokoh pemain game online. Muncul perasaan untuk berubah rutinitas nya dan mengejar gadis impian tersebut. Mulai muncul keanehan, Guy bisa menjadi tokoh pemain karena mengambil kacamata pemain lain. Ini membuktikan, Artificial Intelijen bekerja dalam game tersebut. Sebuah keberhasilan bagi programmer nya. Dari sisi cerita, film ini memuat pesan sekulerisme dan sosialisme secara gamblang. Hal ini bisa mempengaruhi akidah penonton tanpa disadari. "Tuhan" dicerminka

Demokrasi Meresahkan?

Para aktivis demokrasi di Indonesia mulai resah dan gelisah. Bahkan, ada istilah baru dari kondisi tersebut, demokrasi brutal. Penguasa dianggap bersembunyi dengan proses demokrasi namun memperjuangkan kepentingan oligarki. Kepentingan rakyat tak direspon dengan benar. Banyak kematian akibat protes atau demo kepada penguasa, namun dibiarkan seolah tak ada yang salah dengan pelanggaran HAM yang terjadi. Ruang diskusi dan berpendapat dibatasi, dengan mudah menggunakan UU ITE untuk menjerat para kritikus.  Inilah sedikit keresahan dari para aktivis. Wajah nya demokrasi prosedural, realita nya secara brutal memaksakan kepentingan oligarki kepada rakyat bahkan rakyat tak diberi pilihan kecuali menerima meskipun itu menderita. Bagiamana politik dan ekonomi sudah dikuasai secara "brutal", tak pernah lagi aspirasi publik didengar. Begitulah pendapat salah satu aktivis demokrasi. Setujukah?

Pijati Ibumu

Duh, Irinya hati ini bila melihat orang-orang yang masih memiliki orang tua. Ada ladang pahala yang begitu mudah dan dekat. Menyesal, ketika menyadari waktu lampau saat ortu masih ada, mengapa tidak all-out menyenangkan nya. Kini, hanya doa dan niat baik yang bisa kuhaturkan. Setiap kebaikan yang bisa kupersembahkan pada ortu, hanya niat yang kuwakilkan buat mereka. Muhammad bin Al Munkadir rahimahullah mengatakan, "Semalam suntuk kupijat kaki ibuku. Sedangkan saudaraku Umar semalam suntuk mengerjakan sholat. Aku tidaklah gembira andai malamku digantikan dengan malam saudaraku".  Memijat ibu itu lebih baik dibandingkan sholat malam semalam suntuk. Menyenangkan ortu lebih baik daripada sholat Sunnah. Berbakti pada orang tua hakikat nya membuat mereka bahagia, termasuk jika itu hanya memijat kaki ibu.  Mentaati perintah ibu, ketika ia meminta untuk dipijat merupakan amal sholih.  Yuk, kalian yang masih punya orang tua, berbaktilah. Buat mereka bahagia dan tak pernah menyesal pu

Apa itu Komunisme?

Hari ini, "komunis" menjadi kata trending di Twitter. Banyak netizens yang mencuit perihal komunis. Apalagi ini bulan September, ada sejarah kelam bangsa Indonesia di tahun 1965, yang kemudian dikenal dengan nama Gerakan 30 September PKI (Partai Komunis Indonesia). Menjadi trauma bangsa, bagaimana PKI memperjuangkan komunisme menjadi ideologi bangsa dan negara menjadi negara komunis. Dibelahan bumi manapun, kalian yang mau membaca sejarah negara yang berideologi komunis, pasti ada sejarah berdarah masa lalu, bagaimana penguasa nya rela membunuh warga nya yang menolak atau menjadi ancaman komunisme. Lihatlah di Unisoviet, RRC, Vietn, Korea Utara dll yang beraliran komunisme. Mengapa penguasa yang berideologi komunis begitu kejam hingga rela membantai warganya sendiri yang menolak komunis?  Peletak ide ini adalah Karl Marx, meskipun bukan ia seorang. Buku dan tulisannya menjadi masterpiece bagi penganut sosialisme, bisa disebut kitab sucinya lah. Meskipun ia sendiri keturunan Y

#stopisuradikalisme Trending Hari Ini

Tagar stop isu radikalisme (#stopisuradikalisme) menjadi salah satu trending tagar di Twitter. Hal ini muncul dimungkinkan karena narasi setiap penyelenggara negara dalam setiap kesempatan yang dibicarakan adalah radikalisme. Meskipun masyarakat mayoritas tidak paham apa yang dimaksudkan oleh penguasa. Dari sisi rakyat kebanyakan, radikalisme adalah kemiskinan struktural, teror penyakit dan harus vaksin, bahkan pola hidup permisif seperti LGBT, intoleran pada mayoritas menjadi isu radikal yang dirasakan langsung oleh masyarakat bawah. Agenda dan isu radikalisme yabg diusung penguasa memang bisa berbesa dengan isu radikalisme dikalangan rakyat kebanyakan. Bagi penguasa yang berpandangan sekulerisme atau komunisme, orang atau kelompok masyarakat yang berpandangan taat agama menjadi tertuduh radikalisme yang akan menjadi sasaran penguasa. Begitu pula sebaliknya, rakyat yang melihat penguasa cenderung jauh dari agama adalah penguasa yang radikal, sangat berani menjadi saingan Sang Maha Kua

IBHRS Tahanan Politik?

Hari ini mulai trending #IBHRS_TahananPolitik. IBHRS merupakan singkatan dari Imam Besar Habib Rizieq Syihab. Membaca dan melihat kasus IBHRS memang tidak bisa dilepaskan dari kasus Pilkada DKI Jakarta. Seperti yang pernah diutarakan IBHRS sendiri bahwa ada dendam politik. Seperti diketahui, kalahnya Ahok oleh Anies, ada andil kekompakan ummat Islam di DKI Jakarta untuk menolak pemimpin kafir (tertutup oleh sesuatu sehingga tidak mau beriman). Ditambah lagi, keceplosan si Ahok dalam Dinasnya memberikan pidato atau arahan menyinggung perihal Alquran (out of context) sehingga diadili, dihukum sebagai pelaku penistaan agama. Saat itu, ormas terdepan dalam edukasi ummat Islam adalah FPI dan HTI, yang kemudian hari dibubarkan juga oleh penguasa. Ahoker garis keras tak tinggal diam, selalu membuat isu dan propaganda di sosmed mengenai musuh politik Ahok dkk tsb. Hasilnya, HRS harus rela hidup di Mekkah dan sekembalinya ke Indonesia harus menghadapi berbagai skenario, termasuk wafatnya 6 oran

Matinya Empati Penguasa? Belajarlah dari Khulafaur Rasyidin

Hari ini #MatinyaEmpatiPenguasa trending di Twitter. Hal ini terkait dengan naiknya harta kekayaan pejabat negara yang melimpah ruah dan fantastisnya anggaran yang diterima wakil rakyat berdasarkan pengakuan Krisdayanti. Disisi yang lain, kehidupan orang miskin di Indonesia sangat memprihatikan. Banyak orang tak mampu mengakses makan, sandang dan papan. Menyedihkan. Gap antara tuan kaya dan orang papa, bak langit dan bumi. Trending juga, Umar bin Khattab, salah satu Khulafaur Rasyidin yang hidupnya sangat berempati pada rakyat nya. Hal ini juga diteruskan oleh cicitnya, Khalifah Umar bin Abdul Azis, yang memilih hidup bersahaja dengan tunjangan negara secukupnya untuk hidup saja, namun semuanya diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyatnya. Sangat disayangkan, sosok Umar ini, hanya dijadikan kampanye ketika pilpres atau pilkada. Selebihnya, tak ada yang menyerupai bahkan keinginan untuk menirunya. Umar bisa berempati pada rakyat karena itu tuntutan syariat. Umar paling takut ketika ada k

Demokrasi Biang Kezaliman?

Melihat kondisi politik, ekonomi, kesehatan, keamanan, kedamaian dan sosial masyarakat di Indonesia, tak ada salah jika ada pihak yang melihat nya sebagai hasil berdemokrasi. Karena selama ini, bangsa Indonesia memang menerapkan sistem demokrasi. Memilih presiden, gubernur, bupati dan wakil rakyat dengan cara demokrasi. Otomatis hasil kinerja dan aturan yang dibuat berdasarkan mekanisme demokrasi. Wajar lah, jika ada hasil hukum yang tidak adil, ini lah produk demokrasi di Indonesia.  Kerumunan oleh rakyat kecil atau musuh politik, pasti dengan tegas ditindak. Beda jika yang buat kerumunan di masa pandemik adalah penguasa, am dari delik hukum. Ya inilah realita demokrasi. Ketika diumumkan kekayaan penyelenggara negara yang naik begitu cepat sedang kan kaum miskin bertambah, ya inilah ekonomi demokrasi di Indonesia. Itulah realita nya ketika diterapkan hasil demokrasi. Kebebasan berpendapat? Dijamin dalam sistem demokrasi. Silahkan berpendapat dan mengkritisi. Bila penguasa tak berkenan

Netizens Melawan Pendengung?

Hari ini viral komentar Diaz Hendropriyono dan Dedy Corbuzier perihal anak-anak penghafal Al-Qur'an yang menutupi telinganya karena tidak mau terdistraksi oleh musik. Pembelaan netizens dan ingluencer berakal sehat langsung membuat tandingan dengan cara satire. Bermunculan video orang-menutup telinganya ketika diperdengarkan pidato kampanye presiden.  Diaz dan Dedy mungkin secara tidak sadar telah menunjukkan intoleransi, bahkan dengan nyata terjangkit islamophobia?. Mereka yang sejak kecil memperdalam ayat-ayat Allah SWT dengan menghafal, memahami, mengamalkan dan mensyiarkan, pasti lah menjadi orang yang penakut untuk berbuat buruk seperti berjudi, membunuh, korupsi, berbohong, makelar SDA rakyat. Karena perbuatan tercela itu sudah mereka ketahui sejak dini dan untuk diingkari karena takut akan Tuhannya. Berbeda dengan orang yang tak kenal ajaran agama, membunuh, berbohong, menipu, menjilat, menjual bangsa demi berkuasa pun akan dilakukan. Pada Allah saja mereka tidak takut, apal

Bongkar Dalang Tragedi KM50?

Jagad Twitter kembali diramekan oleh tagar #BongkarDalangTragediKM50.  Peristiwa 6 Desember 2020 ini memang belum usai karena peristiwa itu telah menghilangkan banyak nyawa, namun tak ada yang dihukum sebagai pelaku dan dalang nya. Tragis bila mengingat dan melihat foto korban yang diotopsi, mengalami penyiksaan dan pembantaian. Terhitung sudah 9 bulan kasus ini, meski sudah ada para ter ada tersangka nya, tak jua disidangkan. Bahkan sampai ada Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) yang telah menerbitkan Buku Putih Pelanggaran HAM Berat, tetap saja kasus ini seolah didiamkan.  Mengapa begitu mudah nyawa dihilangkan? Mengapa pelaku penghilang nyawa tak segera dihukum berat?  Mengapa keluarga korban diabaikan jiwa dan raganya karena merasakan rasa ada sakit dan dendam melihat orang tersayang nya dibantai? Ketika keadilan sudah tiada, kemana harus dihidupkan?

Ramenya Dunia Politik, Kudeta Partai?

 Hari ini, buzzer menaikkan tagar #KetumDemokratMoeldoko. Sepertinya cerita "kudeta" partai Demokrat masih berlanjut. Sejak awal, peta politik memang dinamis. Namun, kini mau di harmoniskan atau diminimalisir adanya oposisi. Partai Demokrat menjadi salah satu ganjalan, karena SBY dan partai demokratnya masih ambigu, kadang pilih ditengah, kadang tak memihak, cari aman. Perhitungan politik kedepan, jika Partai Demokrat bisa dikuasai maka perlememen bisa dimenangkan secara mutlak. Agenda politik untuk berkuasa akan lebih mudah dijalankan. Itulah perhitungan kekuasaan. Bila pun harus ada konflik dan yang dikorbankan, dianggap sebagai sebuah hal biasa.  Partai demokrat, SBY dan AHY tentu saja tidak tinggal diam, pasti melakukan perlawanan dan pergerakan. Politik akan selalu gaduh. Terus terang, sebagai rakyat biasa, apa yang terjadi dalam isu yang diusung partai politik tak pernah seirama dengan agenda rakyat. Tak begitu banyak yang peduli. Hanya menonton kegaduhan perebutan keku

Antara Pandemi dan Bisnis Industri Kesehatan

 Pandemi covid19 masih terus berlarut-larut, setiap ada vaksin baru maka muncul pula varian baru. Setelah peredaran dan bisnis alat tes covid berhasil meraih keuntungan fantastis, kini vaksin menjadi barang dagang mahal yang diperebutkan. Meskipun, vaksin yang beredar dinilai sebagai obat dalam emergency tanap tahapan tes sempurna, karena semua ingin keluar dari pandemi. Teknologi vaksin ini bukan hal baru, termasuk salah satu cara untuk keluar dari pandemi. Sayangnya, kita lihat pererdaran dan produksi masal oleh industri kesehatan dunia menjadi barang dagangan menggiurkan di dunia ketiga atau negara berkembang. Bila di negara maju, pemerintah memastikan keamanan vaksin yang akan diberikan dan memberikan vaksinnya secara gratis karena itu hak setiap warganya.  Misalnya, ketika pemerintah Jepang membelikan vaksin bagi warganya dari vaksin yang efikasinya yang tertinggia, suatu ketika ditemukan ada zat asing yang mengkontaminasi vaksin moderna. Tanpa memperhitungkan kerugian, pemerintah