Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Menuju Kedaulatan Pangan di Tahun 2019

Salah satu visi misi pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla adalah mewujudakan kedaulatan pangan. Ada beberapa hal yang akan dan sedang dilakukan diantaranya: pembangunan dan perbaikan infratruktur pertanian, bantuan alsintan, subsidi pupuk, benih dan pestisida, dan pemberdayaan penyuluhan pertanian. Komoditas-komoditas utama yang menjadi target swasembada dan pemenuhan produksi dalam negeri yaitu: padi, jagung, kedelai, jagung, tebu, cabai, bawang merah dan  daging sapi/kerbau. Komoditas-komoditas tersebut menjadi sasaran utama dalam pembangunan pertanian. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah Jokowi-JK, anggaran Tahun 2015 Kementerian Pertanian dinaikkan menjadi dua kali lipat dibanding tahun 2014, sebesar Rp 32 triliun. Dengan penambahan uang yang sangat besar tersebut maka diharapkan kinerja kementan dan instansi-instansi pertanian lainnya harus meningkat 100% dibadningkan sebelumnya. Disinilah letak vitalnya bagian perencanaan pertanian. Semua proses pere

Belajar dari Bankrutnya Yunani

Apa yang terjadi di Yunani bisa juga terjadi di negara manapun. Gagal bayar pinjaman Yunani ke IMF membuat negara tersebut kolaps. Institusi-institusi keuangan ditutup. Cara terbaik memulihkan yaitu dengan meminjam uang kembali ke donatur, ternyata tak temu kata sepakat. Secara sederhananya, dalam ekonomi sebuah negara bagaikan keluarga jika besar pasak daripada tiang maka robohlah bangunan tersebut. Yunani, aktifitas ekonominya baik dari segi konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan perdagangan internasional jauh dibawah jumlah hutangnya sehingga pendpatan negara selalu minus. Ketika jatuh tempo bayar maka negara akan kesulitan membayar karena tidak memiliki devisa yang cukup. Yunani contoh kecil ketidakadilan pereekonomian yang dibangun dengan uang kertas (fiat money). Anehnya, negara-negara super power yang mata uangnya bisa digunakan diseluruh dunia perekonomiannya juga terpuruk dimana jumlah hutangnya mencapai 200% dibandingkan dengan GDP nya. Mengapa negara seperti Ame

Pasar Epos (Energi Positif)

Setelah membaca buku Kubik Leadership, saya beru menyadari selama ini hidup dilingkungan kerja yang salah karena terlalu banyak energ negatif. Saya berkumpul dengan 2 orang dominan yang sangat besar energi negatifnya. Pertama, pejabat yang mendapatkan jabatannya dengan cara menyuap atasan alias setoran. Kedua, pejabat yang mendapatkan jabatannya melalui parpol dengan nafsu besar berkuasa. Pasar negatif seharusnya kita jauhi karena akan menyerap energi positif yang kita miliki, sehingga kita tak kan mampu berkembang bahkan kita tak kan bisa kemana-mana (stagnan). Adapun ciri-ciri pasar energi negatif ditandai dengan: 1. Para pelakunya menyimpan banyak energi Tabungan Energi (TE) negatif. Dalam kasus yang saya hadapi, energi negatif dari dua orang tersebut adalah senantiasa melakukan hal-hal kotor seperti fiktif, mark up dana, dan meminta setoran bawahan. Jika kita tidak memenuhi bahkan menentang maka bisa dihitung berapa energi yang harus kita keluarkan. Jika anda seorang karyawan

Memanfaatkan Ketidakteraturan

Anda pasti marah ketika dalam situasi yang tidak teratur karena sering jadi korban kezaliman. Sudah lama antri, tiba-tiba diserobot. Sudah lama belajar agar lulus dapat beasiswa, gagal karena kalah dengan orang yang ga jelas, hanya karena merek dapat jatah dari pejabat. Itulah ketidakteraturan, jangan pernah teratur dalam ketidakteraturan, karena anda aan digilas dianggap menjadi penghalang. Satu-satunya cara adalah manfaatkan ketidakteraturan tersebut untuk mempercepat apa yang anda inginkan. Alkisah, ada pejabat yang mendapatkan jabatan dari partai. Dia pindahan dari instansi lain. Tentu saja, hal ini membuat kaget semua karyawan dan orang-orang yang menginnginkan jabatan karir. Seolah pahlawan, ejabat baru menilai kondisi kantor "jelek" kinerjanya. Anda tahu aa hasilnya ketika selama dia menjabat? Tidak ada kerja tim yang baik. Bawahan kehilangan motivasi kerja karena jabatan bkan lagi karir namun lebih ke politik, siapa yang gesit dia yang menang. Para bawahan tel

Belajar Kosnirasi Dari Konspirator

Tak sengaja. Ilmu konspirasi sangat susah dipraktikkan namun mudah dipelajari dari buku-buku. Ikhlas bahwa semua hal kejadian yang telah menimpa adalah takdir. Itu pun mengapa ku harus bertemu dan berkumpul dengan seorang konspirator ulung dari sebuah partai yang kalah di Pemilu kemarin. Merasa terancam posisinya, aku jadi sasaran konspirasi untuk disingkirkan. Menagapa? Mungkin aku salah satu kerikil yang harus dibuang agar ambisi menjabat dan konspirasi kesejahteraan berjalan lancar. Sebagai seorang karyawan, tak terbesit dalam diri ini akan di konspirasi oleh manajer agar bisa memindahkanku. Sayangnya, mereka (konspirator) terlalu sombong sehingga tak tahu siapa dan apa yang bisa dilakukan oleh sang korban. Konspirasi yang sangat mudah dibaca, cara lama masih digunakan hingga sekarang: 1. Dicari kejelekan sang korban sebagai bahan sasaran tembak untuk menjelek-jelekkan ke yang berwenang. 2. Pengkondisian untuk eksekusi konspirasi dengan menyiapkan semua orang yang dibutuhka