Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

Mendadak Khitan

Libur syawal (Idul Fitri) membawa berkah tersendiri. Libur seminggu ini diisi, salah satunya mencari kuliner di mall. Ketika di jalan menemukan sebuah iklan tentang sunat (khitan). Dua bocah laki-lakiku, langsung kutanya mau khitan mumpung liburan? dan jawabnya iya. Kujelaskan bahwa khitan itu sakit karena kulit sehat dipotong, akan ada darah kelur dan pembengkakan. Bohong jika hanya sakitnya seperti digigit semut. Mungkin, semut merah yang menggigit. Sebagai seorang muslim menjadi salah satu kewajiban kita menjaga kebersihan dari najis salah satunya dengan syariat khitan. Sang bocah terus menagih untuk khitan. Maka, langsung ku search alamat tukang khitan dan kutanya syarat, biaya dan kapan. Hari ini juga bisa, jawab sang operator. Ya sudahlah, akhirnya hari itu juga mendadak khitan. Ada konsep yang menarik dalam khitan modern ini, anak-anak dimanjakan dengan permainan PS sambil menunggu. Dan, ketika direbahkan pun untuk di sunat maka anak diajak main game dari ipad. Sakit? iya namun

Pertanian Organik, Mungkinkah?

Salah satu agenda Nawacita adalah membangun 1000 desa organik. Istilah seribu, bila dalam bahasa jawa berarti banyak. Secara kuantitas target tersebut dibagi dalam 650 desa sektor tanaman pangan, hortikultura 250 desa dan perkebunan 150 desa. Untuk memenuhi target tersebut per tahun rata-rata dibangun 250 desa. Pasar produk organik dunia bertumbuh 20% per tahun dengan pasar terbesar AS, Jerman, Perancis dan China. Trend setter pangan organik didunia semakin naik sehingga pasarnya sangat luas. Penjualan sayuran organik diperkirakan USD 100 juta per tahun di Jabodetabek. Berdasarkan jenis produk, terbesar di Indonesia adalah beras lalu sayuran. Konsumen Indonesia membeli pangan organik rata-rata karena kesadaran akan kesehatan dan kemasannya menarik. Dengan jumlah penduduk 254 juta orang, ada 12 juta yang tercatat sebagai konsumen organik. Secara prosentase masih kecil namun sudah cukup besar secara jumlah riilnya. Kendala produk organik ini diantaranya ada pada harga. Biaya input dalam

Menuju Lumbung Pangan 2045

Ambisius mungkin tapi realistis. Terlepas dari perdebatan apakah bangsa ini berswasembada apa belum, secara bertahap menunjukkan ada keberanian untuk menghentikan impor beras. Secara kinerja pertanian terus menunjukkan progress positif. Target produksi yang dicanangkan dicapai dengan memperhatikan penggunaan lahan dan pengairan. Milyaran bahkan triliunan rupiah sudah digelontorkan untuk mendorong luas tambah tanam dan bisa hidupnya lahan terlantar. Pun menariknya, masalah distribusi input dan output mengajak aparat keamanan untuk mengawal stabilitas harga input dan output pangan. Keberhasilan mengajak aparat kemanan seperti TNI dalam menjaga lahan pangan agar dibudidayakan, dan mengawal petani untuk melaksanakan program pemerintah. Maka, hasilnya kestabilan pangan tercipta. Membangun fondasi lumbung pangan. Daratan Indonesia 191,1 juta ha. Ada 15,9 juta Ha bisa dikembangkan untuk pangan. Apabila bangsa ini menginginkan menjadi lumbung pangan maka perlu segera selesaikan reformasi agrar

Sudahlah Kejar Saja!, Tidak Usah Banyak Alasan

Entahlah budaya mana, terlalu banyak kepura-puraan. Dulu, aku terlalu malu dan banyak alasan ketika menginginkan sesuatu, maka ku seolah tak mengharapkannya sehingga kesannya menghindar. Padahal, di lubuk hati terdalam aku sangat yakin mampu untuk mendapatkannya. Akhirnya, terlalu banyak peluang yang hilang. Seniorku, beberapa tahun diatasku. Belum apa-apa sudah menghakimi dirinya bahwa tak ada perusahaan yang menerimanya karena usianya sudah “terlalu tua” bagi fresh graduate. Maka, kutantang dia, darimana dia tahu jika perusahaan tak menerimanya sedangkan dia tak pernah satu pun mengirim lamaran. Buktkan saja kalo berani, cobalah kirim ke semua perusahaan yang diinginkan. Jika memang tidak ada panggilan ya bisa jadi memang tidak masuk kriteria. Tapi jika ternyata dipanggil dan berhasil diterima bagaimana? semuanya punya kemungkinan yang sama. Jika ditolak ya wajar, jadi coba saja kirim lamaran sebanyak-banyaknya. Hasilnya, dia pun diterima di salah satu perusahaan. Tahu ngga jika Henr

Keberhasilan Hidup dari Impian

Katanya, rutinitas adalah pembunuh perubahan. Mungkin hal itu benar, seperti yang kurasakan. Kurangnya gairah dan berharap tantangan. Maka, kuberanikan diri kembali untuk membuat impian, semoga menjadi awal keberhasilan. Jika ditanya tentang mau jadi apa, bisa meraih apa dan bisa memiliki apa?. Ku berdiri di depan cermin dan melihat diriku sudah berada pada impian-impian masa laluku. Pernah, di masa remaja keinginanku untuk merantau di Yogyakarta atau Bogor yang ter-delay karena ketidakridoan ibuku. Kenyataannya, tahun 2010 kuhidup di Yogyakarta sebagai mahasiswa S2 di UGM dan sekarang ku memilih tinggal di Bogor. Ada sebuah hantu yang masih merisaukan pikiranku ketika di masa kecil ibu menanyaiku mau jadi apa? kujawab kuingin bergelar Doktor (level tertinggi dalam sekolah) dan menjadi direktur. Meski, sampai saat ini ku tak paham mengapa aku menjawab seprti itu. Setdaknya, jalanku sudah setengah untuk meraih impian itu. Saat ini, ku ingin bermimpi bahwa aku bisa melanjutkan kuliah S3

Rahasia Bagaimana Membuat Orang Lain Menyukaimu

Sebagai orang dengan karakter thinking ekstrovet sudah bawaannya jika terkesan kaku. Namun, itu semua bisa dirubah dalam bersikap jika tahu rahasianya. Secara kepribadian, setiap manusia pasti mengnginkan disukai dan memiliki banyak teman. Maka, agar kita bisa disenangi oleh banyak orang perlu dirubah cara kita bersikap dan memposisikan interaksi menjadi suatu yang menarik. Ada 7 prinsip yang harus dilakukan agar kita disukai oleh orang lain: 1. Berminatlah kepada orang lain, jangan hanya basa-basi. 2. Tersenyumlah, karena senyum itu ibadah. 3. Ingatlah setiap nama orang yang ditemui, karena mengingatnya menunjukkan kita sangat terkesan dengannya. 4. Jadilah pendengar yang baik, biarkan mereka bercerita tentang dirinya. 5. Bicaralah mengenai minat orang lain. 6. Tuluslah dengan membuat orang lain merasa penting. Teringat, di sebuah kantor di Jakarta. Ada seorang karyawan yang hampir tidak memiliki kawan dekat kecuali suami dan anaknya saja. Apa yang terjadi padanya adalah karena ia ham

Your job is not Your Career

Sering kita terjebak kepada rutinitas pekerjaan yang membosankan hingga kita tak tahu arah kemana tujuan pekerjaan itu sendiri. Kita tidak bisa lepas dari “kenikmatan” rutinitas yang membunuh kreatifitas.Itulah comfort zone yang menghilangkan arah karir kita. Saking enaknya rutinitas tersebut, kita menjadi orang paling mahir tanpa berpikir dalam mengerjakannya. Datang ke kantor, lakukan kerjaan sebagaimana biasanya hingga jam istiraht dan pulang tiba.Tak ada yang menarik lagi kecuali berharap ada tambahan honor atau gaji ke-13. Perlu kita bertanya pada diri, benarkah kita enjoy mengerjakan apa yang selama ini kita kerjakan sehingga selalu menumbuhkan kecintaan dan kerinduan. Atau hanya merasa tak ada pilihan lain karena bisanya hanya itu yang dilakukan. Tak ada passion! Disinilah, perlunya memilih karir sesuai dengan passion. Dimana selalu terbesit motivasi baru dan semangat untuk meraih capaian yang lebih baik. Ada suka cita dalam mengerjakan dan perbaikan. Ada haru nestapa dalam pro

Andai Kamu Tahu tentang Ulama

Begitu tingginya Allah mengangkat derajat orang yang berilmu, yaitu orang-orang yang Takut kepada Allah karena ilmunya. Sungguh sedih dan miris hati ini, melihat kondisi bangsa yang tercabik dengan perilaku para penista agama dan ulama. Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang berilmu (ulama) itu adalah pewaris dari Nabi-nabi".(HR. Abu Dawud, Ath-thurmdzi dll dari Abi Darda'). Isi langit dan bumi pun selalu meminta ampun untuk orang yang berilmu. Dengan illmu, orang yang mulia akan bertambah mulia. Mulianya orang yang berilmu karena dengan ilmunya ia membawa orang-orang untuk mengetahui apa-apa yang dibawa oleh Rasul-Nya. Wajarlah jika diibaratkan matinya orang yang berilmu (ulama) lebih berharga daripada matinya satu suku bangsa. Kita bisa lihat kerusakan di bumi ini ditentukan oleh penguasa dan ahli fiqh (agama). Jika mereka rusak maka rusaklah seluruhnya. Namun, bagaimana jika penguasanya yang tidak berilmu? maka ulamalah yang akan selalu mengingatkan dan mengajarkan