Entahlah budaya mana, terlalu banyak kepura-puraan. Dulu, aku terlalu malu dan banyak alasan ketika menginginkan sesuatu, maka ku seolah tak mengharapkannya sehingga kesannya menghindar. Padahal, di lubuk hati terdalam aku sangat yakin mampu untuk mendapatkannya. Akhirnya, terlalu banyak peluang yang hilang.
Seniorku, beberapa tahun diatasku. Belum apa-apa sudah menghakimi dirinya bahwa tak ada perusahaan yang menerimanya karena usianya sudah “terlalu tua” bagi fresh graduate. Maka, kutantang dia, darimana dia tahu jika perusahaan tak menerimanya sedangkan dia tak pernah satu pun mengirim lamaran. Buktkan saja kalo berani, cobalah kirim ke semua perusahaan yang diinginkan. Jika memang tidak ada panggilan ya bisa jadi memang tidak masuk kriteria. Tapi jika ternyata dipanggil dan berhasil diterima bagaimana? semuanya punya kemungkinan yang sama. Jika ditolak ya wajar, jadi coba saja kirim lamaran sebanyak-banyaknya.
Hasilnya, dia pun diterima di salah satu perusahaan.
Tahu ngga jika Henry Ford adalah mekanik bengkel hingga berusia 40-an, lalu bisa menjadi miliarder dengan mobil Ford nya.
Tahu ngga jika Ray Kroc seorang penjua bergaji rendah hingga berhasil menciptakan McDonald’s di usia 50-an.
Tahu ngga Ronald Reagen menjadi Presiden di usia 70 tahun.
Dan, Kolonel Sanders berusia 60-an tahun saat membuka restoran Kentucky Fried Chicken.
Sudahlah tidak usah beralasan dengan faktor usiamu dalam meraih sesuatu yang kamu impikan. Kejar saja!.
Cerita yang lain, ada kesempatan pelatihan ke luar negeri gratis. Pasti diterima, tinggal mengurus administrasi. Tiba-tiba ada keraguan karena informasi kondisi alamnya kurang bersahabat. Batal mendaftar dengan alasan keluarga kurang berkenan.
Maka, ingin kukatakan apakah keluar negeri itu menjad keinginanmu atau keluargamu? jika memang keinginanmu maka yakinkan keluarga tak kan terjadi apa-apa karena panitia profesional. Akhirnyapun tetap batal.
Peluang beralih ke orang lain yang sangat menginginkan dan ia pun rela meninggalkan keluarga.
Kusarankan, jika memang kita sudah punya keinginan terhadap sesuatu maka yakinkan orang lain termasuk keluarga untuk mendukung.
Tak kan pernah berhasil dan berubah, orang-orang yang menjadikan keluarga sebagai alibi untuk melakukan atau tidaknya. Percayalah, yakinka dirimu dulu terhadap apa yang kamu inginkan maka yang lain akan percaya padamu. Keluargamu itu adalah ujian, dan kamu pun ujian bagi mereka.
Orang lain termasuk keluarga hanya bisa memberikan pertimbangan, kitalah penentu pilihannya. Camkan itu!
Bogor, 12 Ramadhan 1438 H