Skip to main content

Pertanian Organik, Mungkinkah?

Salah satu agenda Nawacita adalah membangun 1000 desa organik. Istilah seribu, bila dalam bahasa jawa berarti banyak. Secara kuantitas target tersebut dibagi dalam 650 desa sektor tanaman pangan, hortikultura 250 desa dan perkebunan 150 desa. Untuk memenuhi target tersebut per tahun rata-rata dibangun 250 desa.

Pasar produk organik dunia bertumbuh 20% per tahun dengan pasar terbesar AS, Jerman, Perancis dan China. Trend setter pangan organik didunia semakin naik sehingga pasarnya sangat luas. Penjualan sayuran organik diperkirakan USD 100 juta per tahun di Jabodetabek. Berdasarkan jenis produk, terbesar di Indonesia adalah beras lalu sayuran. Konsumen Indonesia membeli pangan organik rata-rata karena kesadaran akan kesehatan dan kemasannya menarik.

Dengan jumlah penduduk 254 juta orang, ada 12 juta yang tercatat sebagai konsumen organik. Secara prosentase masih kecil namun sudah cukup besar secara jumlah riilnya. Kendala produk organik ini diantaranya ada pada harga. Biaya input dalam membangun organik ini karena sangat mahal. Disinilah letak masalahanya sehingga masih sedikit petani organik. Belum adanya lembaga resmi yang kapabel dan kelembagaan yang kuat maka produk organik belum bisa tembus pasar tertentu karena ada keraguan (belum ada sertifikasi). Packaging di tingkat produsen juga masih seadanya (kurang menarik) sehingga menjadi kendala tersendiri dalam penjualan. Dari kendala-kendala tersebut menimbulkan harga masih terlalu mahal.

Salah satu solusi yang bisa ditawarkan dalam membangun pertanian organik hingga bisa menjualnya adalah web platform. Pemasaran melalui web ini menjadi alat untuk memangkas jalur distribusi pra pasca panen bagi petani dan peternak organik ke pabrikan dan konsumen akhir.

Terbatasnya informasi pasar dan pendidikan mengenai organik menjadi masalah dalam pengembangan termasuk pembiayaan. Petani sangat sulit dalam mengakses bantuan permodalan di sektor organik ini.

Apabila ditanyakan mungkinkah dikembangkannya pertanian organik? pasti sangat mungkin jawabnya. Hanya saja dalam implementasi kebijakan dan kegiatan tidak semudah yang dibayangkan. Perlu ada pemahaman komunal dan dukungan sistem terutama para stakeholder pertanian. Dengan target produksi yang sangat bombatis, pertanian organik memerlukan strategi khusus agar bisa tetap dikembangkan. Membangun pertanian organik dilemanya dengan sistem budidaya yang ada telah membangun industri kimia yang sangat kuat. menghilangkan pabrik-pabrik kimia tersebut dan mengubah ke organik? butuh super power dalam merubah kepentingan bisnis tersebut.

Produk organik menjadi tren sendriri ketika kesadaran akan pentingnya kesehatan telah dipahami oleh masyarakat luas. Setidaknya, dengan sedikit dukungan dari program pemerintah menjadikan penggerak organik semakin antusias untuk membuka pasarnya dan berproduksi secara berkelanjutan. Untuk merubah secara masif dari kimiawi ke organik? masih jauh dari harapan.

Comments

Popular posts from this blog

Tantangan Dakwah di Dunia Kerja

 Sekulerisme merupakan paham yang memisahkan agama (aturan Allah) dan kehidupan. Agama, khususnya Islam, aturannay dikebiri hanya dibolehkan dijalankan dalam urusan ibadah ritual, sedikit masalah malan minum (halal) dan pernikahan (nikah dan cerai), selebihnya dianggap urusan private yang tidak boleh dipaksakan untuk diterapkan di area publik. Tentu saja, kondisi negeri yang menerapkan paham sekuler akan membuat menderita bagi orang-orang beriman. Bayangkan sesuatu yang diayakini benar tetapi tidak boleh dialakukan dan harus tunduk kepada yang tidak diyakini meskipun itu salah. Contohnya, ribawi praktik perbankan, dengan sistem simpan pinjam dan investasinya. Bunga bank menjadi faktor utama dalam akad ribawai yang dilegalkan bahkan "wajib" dilaksanakan, dan semua warga tidak bisa menolak akad tersebut. Di negeri berkembang, atau dengan pendapatan yang rendah, para pekerja dengan gajinya yang terkategori minim, dipastikan tidak akan mampu membeli rumah, mobil atau barang sekun...

Aliran Sesat Satria Piningit Weteng Buwono

Pagi tadi, di salah satu stasiun TV di bahas tentang aliran sesat yang muncul ke permukaan yaitu aliran sesat Satria Piningit Weteng Buwono .Ternyata, markasnya di daerah Kebagusan Jakarta Selatan (dekat kantor kerjaku). Tidak dinyana, hari gini masih saja banyak yang percaya dengan ajaran-ajaran yang "nyleneh" alias ga masuk akal. Aliran ini dikabarkan memerintahkan SEKS BEBAS .Namun, salah satu eks pengikut aliran ini, Ricky Alamsyah membantah berita tersebut saat berbincang dengan mediaDia membantah bahwa aliran Satria Piningit ini mempraktekkan seks bebas sebagaimana diberitakan media massa. Yang ada, lanjutnya, pernah suatu waktu 13 orang pengikut diperintahkan untuk bugil bersama-sama. Kemudian, bagi pengikut yang sudah menikah disuruh untuk melakukan hubungan seks di situ disaksikan dengan pengikut lainnya. "Tapi, tidak ada tukar pasangan seperti yang diberitakan. Yang berhubungan badan, hanya pasangan suami istri saja," jelasnya.Namun, Ricky tidak menjela...

Suka Membaca

 Mengenaskan, literasi penduduk Indonesia cukup rendah. Hanya 1 orang dari 1000 orang yang suka baca. Pantas dan wajar jika dai pun kesulitan untuk mengajak ummat berpikir untuk bangkit dari keterpurukan. Membaca adalah ayat pertama yang dirunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Perintah ini seolah menjadi solusi awal dari masalah masyarakat yang jahiliah.  Begitupun rasanya jahiliah modern ini. Kemampuan dan kesukaan membaca sangatlah rendah sehingga mempersulit untuk mengajak dalam menyadari kondisi yang terpuruk dan segera bangkit. Mungkin, inilah solusi yang harus ditawarkan.  Membaca itu menjadi asyik jika merasa butuh. Membaca bukan hanya untuk membaca, namun ada target lebih mengapa harus suka membaca. Menulis misalnya merupakan skill yang tidak boleh tidak kudu suka membaca agar tulisannya berbobot dan kaya ide.  Menjadi pembicara juga akan menyenangkan untuk didengarkan jika apa yang dibicarakan banyak isi (daging semua), yang bisa diperoleh dengan membaca. M...