Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2023

Mencukupkan Kepada Enam Perkara Ini

 Sebuah pelajaran dari Hatim Al-Asham yang diserap dari gurunya, Syaqiq Al Bakhi, selama 30 tahun bersama.  1. Banyak manusia ragu terhadap jaminan rezeki yang Allah berikan. Padahal, jaminan Allah itu bersifat pasti. Maka, jangan sibukkan hatimu dari perkara yang sudah pasti. 2. Setiap orang punya teman. Maka, jadikalnlah amal sholih sebagai teman terbaik yang akan menemani dan sekaligus penolong dalam hisabNya. 3. Setiap orang memiliki musuh. Maka, jadikanlah musuh bila engkau berbuat taat kepada Allah sedangkan ia menggodamu untuk bermaksiat atau menghalangimu dari ketaatan. 4. Setiap manusia dituntut dan yang menuntut malaikat maut. Maka, luangkanlah waktu untuk bersamanya, mengingat kematian sehingga saatnya nanti sudah siap untuk dijemput.  5. Menafikkan hasad dan meridhoi dengan mengasihi semua orang selaykanya mengasihi diri sendiri. 6. Setiap tempat yang didiami pasti akan ditinggalkan. Tempat kembali semua orang adalah kuburan yang dibaliknya hanya ada surga dan neraka. Persi

Ingatlah Lima Hal ini, Bila Mau Bermaksiat

 Manusia itu sering lupa, ketika mendapatkan kenikmatan malah digunakan untuk membangkang kepada Sang Pencipta. Senantiasa berulang-ulang bermaksiat meski diberi banyak kesempatan untuk berhenti. Efek maksiat atau perbuatan dosa memang adiktif, nagih pelaku untuk mengulanginya. Menjaga kesadaran diri dan kembali kepada jalan yang benar sesuai tuntunan Sang Maha Pengatur tak semudah yang diangankan bia sudah berkubang dalam enaknya kemaksiatan.  Ada beberapa hal yang perlu diingat dan dipikirkan bila kita ingin berhenti dari kemaksiatan. Bila mau bermaksiat pada-Nya: 1. Janganlah makan dari rezeki-Nya, 2. Janganlah tinggal di negeri-Nya, 3. Carilah tempat dimana Allah tak melihat perbuatanmu, 4. Apabila malaikat maut datang padamu, maka katakan padanya untuk menunda pencabutan nyawamu, dan 5. Ketika malaikat Zabaniah menjemputmu untuk memasukkanmu ke neraka, maka janganlah pergi bersamanya. Lima hal tersebut bila selalu dipikirkan setiap mau bermaksiat, niscaya akan mencegah untuk berma

Seperti Kehilangan Tujuan

 Menjaga kesadaran diri bahwa kita ini hanyalah hamba Allah, yang akan kembali kepada-Nya, ternyata memang tak semudah itu dalam menjalani kehidupan dunia ini. Tak semudah itu, kita mengaku beriman namun tanpa ada ujian dan cobaan. Banyak yang secara sadar atau tidak sadar, kalah dan gagal dalam setiap ujian hidup dan memilih untuk mengikuti jalan setan. Terlalu keasyikan dan nyaman dalam hidup yang sebenarnya bukan jalan yang diridhoi Sang Pencipta. Itulah fatamorgana kehidupan. Sisa-sisa kesadaran diri ini, haruslah ditindaklanjuti dengan keluar dari zona nyaman yang merusak. Karena nur illahi takkan pernah masuk kedalam kehidupan yang kotor dan penuh maksiat. Maka, seharusnya larilah menjauh dari dunia maksiat, dan pindah mendekat kepada dunia ketaatan. Tak perlu mencari dalilh dan reason mengapa terpuruk dan memilih diam. Lebih baik, berpikirlah apa yang bisa dilakukan dan bermanfaat di jalan ketaatan. Bila diberi kesempatan untuk upgrade diri, maka lakukanlah dengan bersungguh-sun

Nasab Imam Syafi'i

 Nama  asli  yang  mulia  Imam  Asy-Syafi’i  adalah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi’  bin  as-Saaib  bin  Ubaid  bin  Abdi  Yazid  bin Hasyim  bin  al-Muththolib  bin  Abdi  Manaf  al- Muththolibi al-Qurasyi. Memiliki kunyah Abu Abdillah, akan tetapi lebih dikenal  dengan  sebutan  Imam  asy-Syafi’i,  yang diambil  dari  nama  kakek  beliau,  daripada  nama kunyah beliau. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang  lebih  dikenal  dengan  nama  kunyahnya  ini daripada  nama  asli  beliau  yaitu;  an-Nu’man  bin Tsabit. Ayah Imam asy-Syafi’i -Idris bin al-Abbas- dahulu tinggal  di  kota  Madinah  hingga  kemudian  karena suatu hal, beliau memutuskan beserta keluarganya untuk  pindah  ke daerah  Asqolan;  sebuah  kota  di sebelah  barat  daya  kota  Palestina,  dekat  dengan wilayah Gazza. Namun sangat disayangkan bahwa takdir berkata lain, beliau wafat tidak lama setelah kelahiran Imam as-Syaf’i kecil. Kakek Imam asy-Syafi’i yang ke-enam dari jalur ayahnya yang bernama Ab

Fenomena Kerusakan Orientasi Hidup

 Tujuan diciptakannya naluri seksual, salah satunya untuk berkembang biak. Makanya diciptakanlah mahluk itu berpasangan. Dalam dunia hewan, berlakulah hukum alam yang diciptakan dan akan berjalan sesuai nature bila tak ada pengrusakan. Beda dengan manusia yang diberi akal, aturan nature diatur juga dengan aturan Sang Pencipta dengan aturan khusus manusia yang disebut dengan syariat yang dibawa Messenger atau Nabi dalam setiap kaum. Aturan manusia dari Ilahi ini tak pernah membolehkan perkawinan sejenis karena menyalahi kodrat manusia untuk berkembang biak. Agama, sebagai pelindung dan pengatur manusia dari kepunahan melarang perihal ini bahkan memberikan hukuman setimpal bagi pelakunya. Dunia era ini, yang tak lagi peduli dengan aturan agama bahkan mengesampingkan dan menjadikannya hanya masalah private, telah memberikan ruang bagi kerusakan psikologi dan keberlangsungan masa depan manusia. Atas nama hak asasi dan kodrat penciptaan seolah penyimpangan seksual menjadi takdirNya.  Bila d