Skip to main content

Sedia Payung Sebelum....


Sedia payung sebelum hujan. Sebuah pribahas yang sangat terkenal palagi pada kondisi di Indonesia sekarang yang hujannya tiada menentu,maka jika bepergian keluar rumah harus lah membawa payung atau jas hujan,dan meninggalkan rumah juga dengan keprihatinan karena was-was akankah terkena banjir.Pribahas tersebut jika direnungkan sangat dalam maknanya.Di kehidupan yang kapitalistik ini,lingkungan manusia seolah seperti di rimba raya,aturan rimba bisa berlaku,yang kuat akan memangsa yang lemah,yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan punah.Wow?

Jakarta di tahun 2008,penuh sesak penduduknya dan penuh dengan ketidakteraturan.Jika hujan agak deras saja pasti sebagian daerahnya terkena banjir,karena daerah-daerah resapan sudah tertutup beton akibat pembangunan yang berorientasi investasi.Jadi di sebagian daerah rendah di jakarta selalu bersiap menjambut ritual banjir.
Kebanjiran yang terjadi memang salah satunya adalah karena hujan yang mengguyur,tetapi meluapnya air dari aliran-aliran sungai dan got karena kerusakan alam dan buruknya budaya manusia kalau boleh menyalahkan yang paling bertanggungjawab tentunya yang punya sholahiyat/wewenang mengatur pembangunan yang sering kita sebut PEMERINTAH.
Dari keburukan pemerintahnya maka muncul budaya yang amburadul seperti individualis, serakah, sombong, dan sifat-sifat jelek seperti hewanian banyak kita temui di Jakarta.Oleh karena itu,bagi yang mau ke jakarta jika dia bukan dari kalangan serakah, sombong dan individualis pasti akan merasakan sesak nya dada melihat kehidupan ini.
Jangan heran jika di jalan raya nya banyak ditemui lubang-lubang (lumayan bisa membantu program KB pemerintah karena banyak ibu hamil yang keguguran dan kecelakaan lalu lintas setiap 15 menit 1 orang mati,bisa bantu program pengendalian kependudukan juga),ditemui paku-paku ranjau (sengaja disebar agar banyak ban bocor),pak ogah (yang mengatur lalu lintas dengan meminta imbalan) dan jelas KEMACETAN adalah suatu yang lumrah.Dengan kondisi ini maka kita perlu sedia payung sebelum hujan yaitu membawa ban serep (kemungkinan ban bocor sangat besar),membawa uang untuk pungutan di jalan atau untuk membayar tambal ban, nomor telepon polisi atau rumah sakit,dan lain-lain deh.
Tentunya kita tidak akan menyalahkan hujan yang mengguyur,tetapi mengapa kita tidak pernah belajar dari pengalaman,jka kebanjiran sudah tiap tahun,kok masih tiada perbaikan yang signifikan.Kalo begini terus,apalah fungsinya pemerintah?apakah hanya untuk menarik pajak?menjual asset bangsa dengan privatisasinya.
Tetapi,kita patut berbangga dengan penduduk bangsa ini yang penyabar dengan segala kondisi.Coba kita urutkan mulai dari sejarah Indonesia, bertahun-tahun di bawah pemerintahan kerajaan yang mencetak penduduknya sendiko dawuh,lalu datang Islam dengan islamnya para Raja otomatis penduduknya berbondong-bondong ikut Islam,lalu datang penjajah Belanda,Portugis, Inggris dan Jepang.Penjajah datang pun banyak dari penduduk bangsa ini yang menjadi pengikut setia penjajah,sehingga terjadi kesempatan mengambil kekuasaan dari wong londo dan jepang,bangsa ini memunculkan pemimpin lokal.Tapi sayang otaknya masih otak Londo dan Jepang,menjadi penjajah bagi saudaranya sendiri.
Penduduk ini pun "diam",sedia payung sebelum hujan benar-benar pribahasa yang ngetren,selalu reaktif siap menerima akibat,tetapi tidak mencoba merubah sebabnya sehingga tidak kebanjiran terus menerus.
Apakah perlu bubarkan dulu Negara ini? Baru akan muncul kebaikan,sebagimana harapan ketika merebut kekuasaan dari Belanda,jepang atau menurunkan Soeharto?

Ah,wis lah.Garai mumet!

Comments

Popular posts from this blog

Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Teringat masa bebrapa waktu yang lalu. Dunia web dan blog, seolah sutu hal yang menakjubkan bagiku. Dan terbesit sebuah tanya? bagaiman ya kok bisa membuat web yang begitu bagus. Mungkinkah seorang tanpa dasar ilmu komputer atau IT bisa membuatnya. Seiring perkembngan dunia internet. Ilmu ngeweb dan ngeblog begitu banyak bergentayangan, sehingga mampu membantu orang-orang yang awam tentang dunia bahasa pemrograman menjadi begit mudah. Jika saja, saya berkata "Tidak" atau "Stop" setiap menemukan kesukaran maka ilmu yang saya dapat pun sebtas keputusasaan. namun berbeda setiap saya mendapati kesukran, untuk terus mencari jawabannya. Distulah letak kenikmatannya, yaitu ketika meneukan jawabannya. Yang awalnya begitu sulit, ketika kita mampu melewati kesulitan tersebut. Maka kemudahan dan senyuman yang akan terkembang. Dari proses pembelajaran ini, saya semakin yakin bahwa sunanhatullah harus dilakukan. Kepandaian bisa diperoleh dengan rajin belajar. Dan tiada pernah

Free domain dan web hosting

Buat webmu sendiri!. Anda yang suka berkreasi dengan web maka perlu mencoba untuk belajar terlebih dahulu dengan layanan gratis. ketika saya berselancar di dunia maya ini, kemudian ketemu dengan web hasil gratisan www.viladavid.co.cc yang sedang baru dibangun. usut punya usut ternyata web tersebut dibangun dengan gratisan semuanya mulai dari domain dan web hostingnya. Untuk domainnya bisa mendaftar ke co.cc, anda bisa tentukan nama domain (alamat web yang anda sukai) selama masih tersedia secara free, langsung ambil saja dan register. Untuk web hostingnya yang gratisan anda bisa baca penjelasan berbahasa inggris di bawah ini: If you wish to have a professional shared hosting quality in a free hosting package, come and host with 000webhost.com and experience the best service you can get absolutely free. Founded in December 2006, 000webhost.com has a trusted free hosting members base of over 60,000 members and still counting! Offering professional quality hosting, support, uptime a

Soekarno-Hatta International Airport closed due to heavy rain

Indonesia was forced to temporarily close its main international airport Friday because of poor visibility during torrential downpours, an official said. More than 60 planes were delayed or diverted. Forty-three flights were delayed and 21 diverted to other airports, Hariyanto said. Indonesia was pounded by rain late Thursday and early Friday, bringing traffic to a standstill in much of the capital, Jakarta. Citywide floods last occurred in February 2007 in Jakarta, much of which is below sea level. Environmentalists have blamed the flooding on garbage-clogged rivers, rampant overdevelopment and the deforestation of hills south of the city.