Ya, aku sepakat sekali bahwa di dalam kita berpikir senantiasa dengan Maksud yang jelas, sehingga pikiran kita bukan pikiran kosong, mimpi di siang bolong, dan pasti hanya khayalan karena berpikir tanpa maksud berarti ga jelas, rata-rata orang yang berpikir "pepesan kosong" mudah dimasuki syetan hingga kesurupan (he..hehe...).
Yang dimaksud dengan berpikir serius (at tafkiir al jaddiy) adalah adanya maksud (al qash-du) dalam proses berpikir, kemudian disertai adanya usaha untuk merealisasikan maksud tersebut, (sehingga otomatis harus) disertai gambaran yang baik tentang fakta yang sedang dipikirkan. Berpikir tentang bahaya misalnya, bukanlah semata-mata untuk membahas tentang bahaya, tetapi dalam rangka menjauhi bahaya. Berpikir tentang makan bukanlah semata membahas tentang makan, tetapi dalam rangka memperoleh makanan. Demikianlah untuk seluruh jenis fakta yang dipikirkan, keseriusan menuntut dua hal, yaitu berpikir tentang sesuatu dan berpikir tentang bagaimana merealisasikan sesuatu itu. Berpikir tentang sesuatu mesti ditujukan untuk mengetahui sesuatu tersebut. Sedangkan berpikir tentang realisasi harus ditujukan dalam rangka mewujudkannya.
Untuk bisa melakukan berpikir serius, seseorang harus menjauhkan diri dari kesia-siaan dan kebiasaan (rutinitas) dalam berpikir. Kesia-siaan artinya ia memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dia pikirkan atau ia memikirkan sesuatu yang tidak hendak ia wujudkan (berpikir tanpa maksud). Sedangkan kebiasaan (rutinitas) artinya dia tidak mencurahkan daya upaya dalam berpikir dan merealisasikan apa yang dipikirkan –biasanya gagasan yang muncul (dalam hasil berpikirnya) hanya berputar dari “menjiplak” apa yang biasa dilakukan orang–. Orang yang terjebak dalam dua hal ini akan sulit menerbitkan gagasan-gagasan baru terkait dengan fakta yang dipikirkannya. Bahkan jika fakta yang dihadapinya benar-benar baru baginya, ia hanya bersikap pasif menunggu gagasan dari orang lain, meski menurutnya ia sudah “berpikir”.
Nah, ini dia yang sulit. Keluar dari rutinitas. kebiasaan kita ketika sudah di zona nyaman dan menjadi rutinitas yang ada maka akan sulit keluar atau berpikir out of box. sehingga, jika memang punya tujuan yang mulia dan tinggi, maka ga perlu kuatirkan tentang kondisi kita sekarang. berpikirlah untuk tujuan dan cita-citamu, dan mulailah dari sekarang. jangan terjebak pada kesia-siaan.
Aku jadi teringat ketika kemarin diajak rapat untuk membahas tentang kinerja dan kelemahannya lalu harus bagaimana selanjutnya. Awalnya aku diam saja,inginmelihat respon dan sebarapa jauh tim kerja mengetahui masalahnya dan tujuan yang hendak dicapai. ternyata maslahnya "simple" yaitu tiada keserisuan dari tim untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan,dan itu sudah menjadi kebiasaan (tidak melakukan kinerja stndart prosedur). Maka, aku mudah saja mengatakan "lakukan dulu sesuatu yang seharusnya dikerjakan" lalu baru kita akan lakukan sesuatu yang akan kita raih kedepan.Semoga mereka menyadari akaibat kelalaiannya dari berpikir dan beramal serius. Namun, aku paling tidak suka menunggu untuk berpikir serius,sehingga sambil menunggu mereka beramal serius maka aku sudah buat tujuan-tujuan jangka pendek dan segera kulakukan bersama tim yang lain.
Jika rutinitas atau kebiasaan itu adalah sesuatu hal yang positif maka tidak terlalu menjadi masalah, mungkin hanya akan menimbulkan kejenuhan. Tetapi jika kebiasaan dan rutinitas itu adalah aktifitas tidak sesua aturan, kan bisa berabE?
Maka untu menjadikan hidup ini bergairah jauhi berpikir kesia-siaan. Senantiasalah berpikir : Meraih tujuan dan berpikir untuk meraih tujuan tersebut (realisasinya bagaimana).
Selamat berpikir Serius!
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!