SUCI adalah judul Novel Remaja Islami. Di tulis oleh Diana Roswita. Diterbitkan oleh DAR Mizan pada tahun 2002. Novel dengan setebal 162 halaman ini bisa dibaca 1-1,5 jam. Novel adalah bacaan yang ringan, yang tidak begitu butuh mngernyitkan dahi untuk membacanya.
Novel ini kulahap habis ketika di dalam pesawat dari Jakarta menuju Medan. Secara makro, novel ini menceritakan seorang sosok gadis bernama Suci yang mempunyai kehidupan tersendiri baik di sekolah maupun di rumah. Dengan sederet konflik klasik semisal kesusahan ekonomi dan masalah cinta sepasang remaja di sekolah.
Beberapa konflik mampu dibangun secara apik dan memikat. Namun sayang, menurutku masih kurang klimaks. Perubahan sosok suci menjadi lebih baik, terlalu datar masalahnya sehingga kurang menyentuh perasaan pembaca.
Pemahaman Suci mendapatkan hidayah, seharusnya bisa dibangun lebih apik dan menyentuh dengan pergolakan pemikiran dan konflik yang lebih seru.
Sebagaimana novel lainnya, bagi peminat novel Islami, novel ini begitu mudah ditebak alur ceritanya dan konflik yang terjadi. Peran sosok pemberi atau pengantar hidayah kepada suci seharusnya lebih bisa diekspos dan di serukan lagi bagaiamana konfliknya. Semisal, perdebatan pemikiran antara Suci dan adiknya Marni. Atau dengan ibunya sehingga membuat ibunya lemah secara batin karena tidak ridho Suci kerja jadi penyanyi di sebuah Cafe.
Atau sosok Pierre, sebagai tantangan untuk mendapatkan hidayah lebih diekspos juga. Bisa dibayangkan bagaimana pergulatan konflik seorang remaja putri yang tahu ada cowok indo, ganteng dan tajir menyukainya namun ia menolaknya karena sudah paham tentang Islam. Nah, dicerita ini, Suci yang baru saja pake kerudung dan kurang begitu paham tentang Islam (karena masih baru ikut kajian) tentunya tidak rasional jika ia menolak Pierre. Lebih bagusnya dilibatkan peran murobiah nya untuk mengatasai masalah hati Suci dan Pierre, kayaknya lebih seru!
Namun, novel ini bagus sekali dan enak untuk dibaca. Sekali baca mudah mengingatnya karena alur yang sederhana dan konflik yang lurus-lurus saja dengan kehidupan sosok Suci. Peran-peran yang lain juga kurang begitu diekspos sehingga konflik kepada yang lain hanyalah bumbu saja dari novel ini.
Selamat membaca!
Novel ini kulahap habis ketika di dalam pesawat dari Jakarta menuju Medan. Secara makro, novel ini menceritakan seorang sosok gadis bernama Suci yang mempunyai kehidupan tersendiri baik di sekolah maupun di rumah. Dengan sederet konflik klasik semisal kesusahan ekonomi dan masalah cinta sepasang remaja di sekolah.
Beberapa konflik mampu dibangun secara apik dan memikat. Namun sayang, menurutku masih kurang klimaks. Perubahan sosok suci menjadi lebih baik, terlalu datar masalahnya sehingga kurang menyentuh perasaan pembaca.
Pemahaman Suci mendapatkan hidayah, seharusnya bisa dibangun lebih apik dan menyentuh dengan pergolakan pemikiran dan konflik yang lebih seru.
Sebagaimana novel lainnya, bagi peminat novel Islami, novel ini begitu mudah ditebak alur ceritanya dan konflik yang terjadi. Peran sosok pemberi atau pengantar hidayah kepada suci seharusnya lebih bisa diekspos dan di serukan lagi bagaiamana konfliknya. Semisal, perdebatan pemikiran antara Suci dan adiknya Marni. Atau dengan ibunya sehingga membuat ibunya lemah secara batin karena tidak ridho Suci kerja jadi penyanyi di sebuah Cafe.
Atau sosok Pierre, sebagai tantangan untuk mendapatkan hidayah lebih diekspos juga. Bisa dibayangkan bagaimana pergulatan konflik seorang remaja putri yang tahu ada cowok indo, ganteng dan tajir menyukainya namun ia menolaknya karena sudah paham tentang Islam. Nah, dicerita ini, Suci yang baru saja pake kerudung dan kurang begitu paham tentang Islam (karena masih baru ikut kajian) tentunya tidak rasional jika ia menolak Pierre. Lebih bagusnya dilibatkan peran murobiah nya untuk mengatasai masalah hati Suci dan Pierre, kayaknya lebih seru!
Namun, novel ini bagus sekali dan enak untuk dibaca. Sekali baca mudah mengingatnya karena alur yang sederhana dan konflik yang lurus-lurus saja dengan kehidupan sosok Suci. Peran-peran yang lain juga kurang begitu diekspos sehingga konflik kepada yang lain hanyalah bumbu saja dari novel ini.
Selamat membaca!
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!