Masalah adalah gap/perbedaan antara realita dan harapan. Sejak kita lahir mungkin sudah menjadi masalah. Bisa jadi orang tua kita berharap mempunyai anak yang berjenis laki-laki atau perempuan sebagaimana harapan mereka. Orang tua yang bijak akan bersikap realistis dan bersyukur, bukan dengan menimbulkan masalah baru yaitu anak perempuan yang tomboy atau laki-laki yang feminim.
Atau sebaliknya ketika sang anak sudah bisa berpikir dan mendapatkan realita kehidupan yang mungkin tidak nyaman, bisa saja berpikir mengapa ia dilahirkan dari orang tua yang tidak sesuai harapannya? Masalah baru muncul dengan sikap balelo atau ketidakpuasan.
Gap antara idealita dan realita akan menjadikan masalah, sehingga masalah ada dimana-mana selama kita hidup dan punya harapan/impian/idea. Apakah kita bisa bijak menyikapi realita dengan mencoba merubah apa yang bisa dirubah sesuai idealisme yang kita punya atau hanya menyerah pada keadaan dan mengikuti realita yang ada. Dan sikap "menyerah" itu pun akan berujung pada masalah juga. Trouble will find you, no matter where you go.
Bagaimana menyikapi masalah?
Tentu saja tak ada satu pun realita yang sesuai dengan harapan tiap-tiap manusia sehingga jika idealita (harapan terbaik) diserahkan kepada tiap-tiap manusia akan menjadi lebih rumit karena masing-masing memiliki idea yang berbeda-beda. Namun, tentu saja sang Pencipta tak membiarkan trouble without solution. Oleh karena itu, Risalah Illahi lah penyatu perbedaan tersebut.
Idealisme semestinya dibangun berdasarkan pemahaman yang benar. Jika kita sebagai seorang muslim maka standar kebenaran adalah syariat Islam. Realita yang tidak sesuai dengan Islam adalah masalah dan perubahannya harus diusahakan dengan Islam, itu saja!
Seorang muslimah yang akil baligh, keluar rumah tanpa menggunakan jilbab dan kerundung adalah masalah karena idealnya memakai jilbab dan kerudung.
Anak yang durhaka (tidak berbakti) kepada orang tua adalah masalah atau anak yang taat kepada orangtua untuk bermaksiat adalah masalah.
Orang tua yang lalai dalam mendidik anak-anaknya adalah masalah.
Boss yang mengatur anak buahnya tidak sesuai dengan akad kerja adalah masalah atau sebaliknya karyawan yang tidak mengindahkan kewajiban-kewajibannya dalam akad kerja juga masalah.
Suami yang tidak menafkahi istri adalah masalah atau sebaliknya istri tidak berbakti dan melayani suami juga masalah. Suami menjaga anak jadi bapak rumah tangga di rumah saja dan istri kerja keluar rumah mencari nafkah adalah masalah.
So, Trouble is a friend!
Bayangkan jika manusia diberi wewenang untuk menentukan standarnya sendiri-sendiri maka yang saya sebutkan masalah-masalah diatas bisa jadi bukan masalah karena itulah yang diharapkan. Masyarakat pun carut marut karena individu-individunya tidak mampu mengidentifikasi masalahnya karena tidak punya standar kebenaran yang jelas.
Sebagai seorang muslim tentu saja kita harus tunduk kepada Islam sehingga tolok ukur kita adalah Islam, realita yang tidak sesuai dengan Islam adalah BIG PROBLEM. Bukannya mengikuti realita yang rusak tersebut seharusnya kita berusaha sekuat mungkin mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan Islam. Tunduk terhadap realita yang tidak sesuai dengan Islam hanya akan menjauhkan manusia dari kebenaran. Titik!
Atau sebaliknya ketika sang anak sudah bisa berpikir dan mendapatkan realita kehidupan yang mungkin tidak nyaman, bisa saja berpikir mengapa ia dilahirkan dari orang tua yang tidak sesuai harapannya? Masalah baru muncul dengan sikap balelo atau ketidakpuasan.
Gap antara idealita dan realita akan menjadikan masalah, sehingga masalah ada dimana-mana selama kita hidup dan punya harapan/impian/idea. Apakah kita bisa bijak menyikapi realita dengan mencoba merubah apa yang bisa dirubah sesuai idealisme yang kita punya atau hanya menyerah pada keadaan dan mengikuti realita yang ada. Dan sikap "menyerah" itu pun akan berujung pada masalah juga. Trouble will find you, no matter where you go.
Bagaimana menyikapi masalah?
Tentu saja tak ada satu pun realita yang sesuai dengan harapan tiap-tiap manusia sehingga jika idealita (harapan terbaik) diserahkan kepada tiap-tiap manusia akan menjadi lebih rumit karena masing-masing memiliki idea yang berbeda-beda. Namun, tentu saja sang Pencipta tak membiarkan trouble without solution. Oleh karena itu, Risalah Illahi lah penyatu perbedaan tersebut.
Idealisme semestinya dibangun berdasarkan pemahaman yang benar. Jika kita sebagai seorang muslim maka standar kebenaran adalah syariat Islam. Realita yang tidak sesuai dengan Islam adalah masalah dan perubahannya harus diusahakan dengan Islam, itu saja!
Seorang muslimah yang akil baligh, keluar rumah tanpa menggunakan jilbab dan kerundung adalah masalah karena idealnya memakai jilbab dan kerudung.
Anak yang durhaka (tidak berbakti) kepada orang tua adalah masalah atau anak yang taat kepada orangtua untuk bermaksiat adalah masalah.
Orang tua yang lalai dalam mendidik anak-anaknya adalah masalah.
Boss yang mengatur anak buahnya tidak sesuai dengan akad kerja adalah masalah atau sebaliknya karyawan yang tidak mengindahkan kewajiban-kewajibannya dalam akad kerja juga masalah.
Suami yang tidak menafkahi istri adalah masalah atau sebaliknya istri tidak berbakti dan melayani suami juga masalah. Suami menjaga anak jadi bapak rumah tangga di rumah saja dan istri kerja keluar rumah mencari nafkah adalah masalah.
So, Trouble is a friend!
Bayangkan jika manusia diberi wewenang untuk menentukan standarnya sendiri-sendiri maka yang saya sebutkan masalah-masalah diatas bisa jadi bukan masalah karena itulah yang diharapkan. Masyarakat pun carut marut karena individu-individunya tidak mampu mengidentifikasi masalahnya karena tidak punya standar kebenaran yang jelas.
Sebagai seorang muslim tentu saja kita harus tunduk kepada Islam sehingga tolok ukur kita adalah Islam, realita yang tidak sesuai dengan Islam adalah BIG PROBLEM. Bukannya mengikuti realita yang rusak tersebut seharusnya kita berusaha sekuat mungkin mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan Islam. Tunduk terhadap realita yang tidak sesuai dengan Islam hanya akan menjauhkan manusia dari kebenaran. Titik!
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!