sumber gambar: pickthebrain.com |
Saya punya pengalaman bagaimana rasanya minder, seperti dihantui banyak kekhawatiran hal buruk atau memalukan akan menerpa ketika ingin melakukan sesuatu. Buah dari rasa takut dan minder adalah mengurungkan niat untuk berbuat, dan hasilnya No Action.
Kekhawatiran berlebihan salah satunya buah dari pendidikan sejak masa kecil. Orangtua dan orang-orang disekitar kita terkadang over protective dengan menggunakan kata "jangan" ketika kita ingin mencoba sesuatu hal yang baru. Banyak kita dengar kalimat-kalimat seperti "Jangan lari-lari, nanti jatuh", "Jangan makan yang pedas-pedas, nanti sakit perut", "Jangan nakal", dan segudang larangan lainnya. Tanpa sadar mereka telah menanamkan kata-kata tersebut di alam bawah sadar sehingga kita takut untuk melakukan banyak hal yang semsetinya bisa kita lakukan.
Secara psikologi, saya tetap setuju untuk menggunakan kata "jangan" asalkan digunakan pada saat dan waktu yang tepat. Pergunakanlah kata "jangan" ketika untuk melarang sesuatu yang pasti berbahaya dan pasti untuk sesuatu yang terlarang. Semisal, "Jangan buang sampah sembarangan, buanglah sampah pada tempat sampah" atau "Jangan merokok karena bisa merusak kesehatan dan mengganggu orang lain" atau "Jangan pacaran karena mendekati zina" dan lain sebagainya.
Salah satu cara untuk membangun rasa percaya diri adalah dengan memahami kebenaran dan yakin akan kebenaran tersebut, No Doubt.
Setelah itu, lakukan saja yang dianggap benar karena kesadaran bahwa Allah pasti ridho terhadap hal tersebut. Masa bodo apa orang lihat dan katakan tentang kita selama kita yakin bahwa apa yang kita kerjakan adalah sesuai aturan Allah, Just Do It.
Contoh: beranilah memulai untuk bersegera melaksanakan sholat, lalu ajaklah teman-teman di sekitar kita.
Takut melakukan sesuatu yang benar adalah kebodohan dan berani melakukan hal yang salah adalah ketidakwarasan.Rasa takut itu fitrah manusia. Tanpa rasa takut, manusia bisa berbuat melebihi prilaku hewan. Tanpa rasa malu unuk berbuat, manusia kan tersesat dalam kesesatan yang nyata.
Manusia pada dasarnya sama, apalagi di hadapan Sang Kuasa, hanya ketaqwaan yang membedakan. Saya ceritakan rasa takut yang salah.
Di sebuah perusahaan, sebut saja Wia adalah seorang karyawan yang skill nya pas-pasan bahkan di bawah standar dan hanya mengandalkan kedekatan dengan sang manajer. Salah satu penghasilan tambahan selain gaji adalah tugas tambahan survey ke daerah-daerah. Dengan lifestyle yang mewah, gajinya tidak cukup untuk sebulan karena lebih besar pengeluaran daripada gaji, sehingga Wia takut jika pendapatan tambahan dari survey berkurang.
Disinilah kelemahan Wia, sang manajer pun bersimbiosis mutualisme untuk bekerjasama dalam kong kalikong memperkaya diri, konspirasi kesejahteraan. Wia cukup berani untuk me mark-up anggaran dan takut jika sang manajer tak lagi memakai jasanya. Wia takut miskin hingga diperbudak harta dan posisi jabatan. Mengenaskan, hidup dengan gemerlap dunia namun tak menemukan kebahagian kecuali kegelisahan.
Rasa takut seperti Wia, adalah takut yang salah. Seharusnya kita berani untuk melepaskan rasa takut tersebut jika pemahaman kita tentang rizki Allah itu benar. Tanpa harus berbuat manipulatif (bohong) jika Wia yakin bahwa rizki Allah tak kan pernah tertukar maka Wia akan tetap mendapatkan jatah rizki-Nya dari jalan yang lain.
Atau takut yang salah lainnya adalah ketika kita mempunyai kesempatan untuk menyampaikan dengan lisan kita suatu hal yang benar namun lidah kita seperti kelu dan tak berkata apapun.
Menghilangkan rasa khawatir dan ketakutan yang tak beralasan adalah dengan melakukan hal yang kita takuti tersebut. Cobalah berani bersuara dan berargumen maka saat itu juga ketakutan akan sirna, mungkin groginya beberapa detik saja. Perlu diingat, bukan hanya bermodal keberanian saja untuk berada di jalan yang benar tetapi harus dilengkapi dengan ilmu dan adab (akhlak). Kita sudah berani untuk berpendapat dan bersuara tentang kebenaran jika dilakukan dengan cara biadab maka hanya menimbulkan konflik baru dan apa yang kita suarakan hilang tak terdengar.
Jadi, menurut pendapat saya, percaya diri akan timbul jika kita berani meyakinkan diri bahwa kita sedang berada di sisi yang benar. Lalu kita atasi rasa takut dengan berani mencoba dan terus mencoba sesuatu yang benar tersebut sampai benar-benar menjadi kebiasaan (habit), maka lihatlah hasilnya yaitu berupa karakter pribadi yang unggul dan unik.
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!