Skip to main content

Kemudahan dan Kemurahan Pupuk untuk Petani

 


Jakarta - Subsidi pupuk masih jadi perdebatan. Dalam Breakfast Meeting Penyelarasan Kebijakan Perpupukan Nasional Menuju Kemandirian Pangan yang Berkelanjutan di Gedung Depperin, Jakarta, pekan lalu, Menteri Pertanian Anton Apriyantono menilai anggaran pupuk yang terlalu besar dinilai hanya menguntungkan petani dari perusahaan besar. Sementara petani gurem hanya mendapat bagian yang relatif kecil.

Perhatian Mentan terhadap petani kecil atau gurem ini cukup besar. Ketika melihat kenyataan bahwa subsidi yang diberikan kurang bisa dimanfaatkan oleh petani kecil mentan mengusulkan agar pengalihan subsidi pupuk ditarik atau diubah menjadi kebijakan yang bisa langsung ke petani sasaran subsidi.

Adanya kelangkaan pupuk dan disparitas harga pupuk yang tinggi dengan pupuk non subsidi menjadi alasan kuat untuk melakukan pencabutan subsidi pupuk. Pertanyaannya apakah dengan pencabutan subsidi pupuk akan menyelesaikan masalah petani gurem?

Selain masalah pendistribusian pupuk ketersediaan bahan baku juga menjadi masalah utama dalam kegiatan yang menyangkut pupuk bersubsidi. Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengungkapkan bahwa masalah pupuk meliputi harga gas yang masih menggunakan kurs dollar dan secara kebijakan belum ada standarisasi harga gas.

Terlepas dari masalah itu semua yang diinginkan oleh masyarakat petani adalah kemudahan dan kemurahan. Petani bisa mendapatkan secara mudah pupuk yang dibutuhkan dan dengan harga murah.

Jika pemerintah mampu mengadakan pupuk dengan kualitas baik secara mudah dan dengan harga murah maka petani gurem pun akan mampu untuk merasakan kebijakan pemerintah mengenai pupuk tersebut. Sekaya-kayanya petani tidak akan membeli semua ketersediaan pupuk jika pemerintah mampu memproduksi dan mendistribusikan dengan baik. Kebanyakan yang mempermainkan harga pupuk dan membuat kelangkaan bukanlah kalangan petani namun di tingkat distributor atau pedagang.

Pemerintah sebagai pelayan rakyat tentunya tidak boleh membedakan rakyatnya karena kaya atau miskin. Mereka semua sama menjadi sasaran kebijakan untuk memperoleh kemudahan dan kemurahan. Masalah utama terjadinya petani gurem tidak bisa menikmati kebijakan subsidi karena lemahnya daya beli dan adanya ketidakadilan di tingkat kebijakan. Disparitas harga antara subsidi dan non subsidi membuat petani perusahaan atau petani kaya berusaha memperoleh pupuk yang murah yaitu yang bersubsidi.

Pencabutan subsidi pupuk dan menstandarkannya dengan harga pasar adalah langkah yang baik jika kondisi pasar di Indonesia mampu memberikan keadilan dan meniadakan kecurangan serta adanya kontrol penegak hukum yang sangat kuat. Sistem neoliberal yang menguasai negeri ini menjadikan monopoli di berbagai bidang kebutuhan masyarakat adalah sesuatu hal yang biasa sehingga harga mudah dipermainkan akibat kelangkaan barang yang sengaja diciptakan oleh para pemodal.

Dari kondisi seperti ini yang sangat dibutuhkan oleh petani baik kaya maupun gurem adalah kemudahan dan kemurahan segala sarana prasarana produksi pertanian termasuk pupuk. Jika pemerintah mampu mewujudkannya maka biaya produksi pertanian akan murah dan harga produksi pertanian sampai ke konsumen pun bisa mudah dan murah.

Dari hal tersebut akan secara otomatis meningkatkan daya saing yang sangat tinggi dengan negara lain baik dilihat secara ekonomis maupun kualitas produk pertanian. Mampukah pemerintah mewujudkan kebijakan tanpa pandang bulu untuk semua petani sehingga terjadi keadilan untuk kemajuan pertanian Indonesia?



Sumber:  http://suarapembaca.detik.com 

Comments

Popular posts from this blog

Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Teringat masa bebrapa waktu yang lalu. Dunia web dan blog, seolah sutu hal yang menakjubkan bagiku. Dan terbesit sebuah tanya? bagaiman ya kok bisa membuat web yang begitu bagus. Mungkinkah seorang tanpa dasar ilmu komputer atau IT bisa membuatnya. Seiring perkembngan dunia internet. Ilmu ngeweb dan ngeblog begitu banyak bergentayangan, sehingga mampu membantu orang-orang yang awam tentang dunia bahasa pemrograman menjadi begit mudah. Jika saja, saya berkata "Tidak" atau "Stop" setiap menemukan kesukaran maka ilmu yang saya dapat pun sebtas keputusasaan. namun berbeda setiap saya mendapati kesukran, untuk terus mencari jawabannya. Distulah letak kenikmatannya, yaitu ketika meneukan jawabannya. Yang awalnya begitu sulit, ketika kita mampu melewati kesulitan tersebut. Maka kemudahan dan senyuman yang akan terkembang. Dari proses pembelajaran ini, saya semakin yakin bahwa sunanhatullah harus dilakukan. Kepandaian bisa diperoleh dengan rajin belajar. Dan tiada pernah

Free domain dan web hosting

Buat webmu sendiri!. Anda yang suka berkreasi dengan web maka perlu mencoba untuk belajar terlebih dahulu dengan layanan gratis. ketika saya berselancar di dunia maya ini, kemudian ketemu dengan web hasil gratisan www.viladavid.co.cc yang sedang baru dibangun. usut punya usut ternyata web tersebut dibangun dengan gratisan semuanya mulai dari domain dan web hostingnya. Untuk domainnya bisa mendaftar ke co.cc, anda bisa tentukan nama domain (alamat web yang anda sukai) selama masih tersedia secara free, langsung ambil saja dan register. Untuk web hostingnya yang gratisan anda bisa baca penjelasan berbahasa inggris di bawah ini: If you wish to have a professional shared hosting quality in a free hosting package, come and host with 000webhost.com and experience the best service you can get absolutely free. Founded in December 2006, 000webhost.com has a trusted free hosting members base of over 60,000 members and still counting! Offering professional quality hosting, support, uptime a

Soekarno-Hatta International Airport closed due to heavy rain

Indonesia was forced to temporarily close its main international airport Friday because of poor visibility during torrential downpours, an official said. More than 60 planes were delayed or diverted. Forty-three flights were delayed and 21 diverted to other airports, Hariyanto said. Indonesia was pounded by rain late Thursday and early Friday, bringing traffic to a standstill in much of the capital, Jakarta. Citywide floods last occurred in February 2007 in Jakarta, much of which is below sea level. Environmentalists have blamed the flooding on garbage-clogged rivers, rampant overdevelopment and the deforestation of hills south of the city.