Skip to main content

Perjalananku dengan Lorena

Jum'at, 1 agustus 2008. Dengan kondisi badan yang kurang enak (flu dan batuk), perjalanan tetap kulanjutkan. Naik Bis Lorena dari Jakarta. Jam setengah tiga yang dijadwalkan, ternyata molor menjadi jam 6, itupun masih mogok di Lebak Bulus. Akhirnya Bis pun ditukar oleh pihak Lorena, berangkat lagi jam setengah 8 malam. Badanku semakin gak karuan rasanya, sambil menahan jengkel dalam hati karena keterlambatan dan gangguan di jalan. Beruntung, disebelah tempat dudukku seorang ibu paruh baya yang "cerewet" sehingga bisa mengalihkan kejengkelanku.

Seorang ibu yang anak keduanya, tahun lahirnya sama denganku. Anak pertamanya di Jakarta, kerja di astra. Ia mendapat menantu dari sumbawa. Dengan teringat teori ESQ nya Arie Ginanjar, maka kubiarakan ibu tersebut bercerita tentang dirinya dan aku menjadi pendengar yang baik.Terbukalah bahwa Ibu itu kecewa dengan anak dan menantunya.

"lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain belalang" pepatah yang kuingat untuk menggambarkan kondisi perbedaan ibu dan menantunya. Menantu ibu tersebut sangat tidak bisa mengambil hati ibu mertuanya bahkan terkesan ingin menguasai sang anak. Padahal untuk mengambil hati ibu dengan tradisi jawa sangatlah mudah. Kita tinggal tabur sedikit kebaikan maka pastilah ibu "jawa" akan memberikan limpahan kebaikan.Tunjukkan didepan mertua bagaimana cintanya ia kepada keluarga dari suami maka sang keluarga pun akan memberikan cintanya.

Tanpa terasa, batukku mengganggu percakapan dengan sang ibu. Tanpa sungkan-sungkan ibu itu pun memberikan segala obat yang ia bawa, mulai mnyak kayu putih, pemen tolak angin bahkan menawarkan untuk "ngeroki". "Ga usah sungkan mas, wong anakku seumuran mas juga. Aku ga tega ngeliat mas sakit. Jadi ingat anakku" katanya. Ya, begitulah sebagian besar orang jawa, jika kita sudah dianggap bagiannya dan "sreg" dengannya maka kita akan sulit menerima kebaikan. Bahkan sang ibu meng sms saudara-sauadaranya hanya untuk menayakan obat-obat batuk yang cocok untukku.

Aku hanya bisa berdoa untuknya, semoga Allah memberikan balasan kebaikan baginya.

Sesampai di daerah Subang, sebelum Balai Benih Padi Sukamandi, kuperhatikan di sepanjang jalan, begitu banyak RM-RM. Ada yang bertuliskan RM Mawar, RM Melissa, dll. Namun ada yang aneh, mengapa di emperannya banyak gadis-gadis dengan pakain minimalis sedang menemani pria-pria?
Hhmm... aku teringat cerita seorang teman, yang menceritakan bahwa RM-RM seperti itu hanyalah kedok prostitusi. Disana banyak sopir-sopir truk yang istirahat. lalu kuperhatikan disekitar rumah yang jadi RM tersebut, ternyata ada Rumah Makan dengan tulisan lengkap tanpa disingkat. Dan beberapa blok dari RM-RM itu ada motel dan musholla lalu masjid.

Sekulerisme! Ketika agama hanya berada di serambi-serambi masjid, sedangkan ketika sudah di jalanan maka agama hanyalah seolah lagu senandung pilu.
Inilah negeriku..........di tahun 2008

Perjalanan dengan kondisi badan kurang enak ini kulakukan untuk bertemu dengan pujaan hati. Ia adalah si Tembem, tingkah polahnya mulai lucu. Teriakannya nyaring bak biduan kehausan. Si tembem, membuatku jatuh hati. Senyumnya manis sekali, tertawanya renyah tanpa pamrih. Aku ingin selalu menggodanya, membuatnya tersenyum, tertawa, kadang-kadang membuatnya menangis.

Sayang, kebersamaanku harus segera diakhiri. Ku hanya seharian penuh bersama si tembem. Ku harus ke jakarta lagi, mencari nafkah dan berkarya demi cinta yang lain.

Perjumpaan seperti air yang menghilangkan kehausan. Dahaga cinta kan terus ada seiring kerinduan yang menyala-nyala.

See you next time.........

Comments

Popular posts from this blog

Suka Membaca

 Mengenaskan, literasi penduduk Indonesia cukup rendah. Hanya 1 orang dari 1000 orang yang suka baca. Pantas dan wajar jika dai pun kesulitan untuk mengajak ummat berpikir untuk bangkit dari keterpurukan. Membaca adalah ayat pertama yang dirunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Perintah ini seolah menjadi solusi awal dari masalah masyarakat yang jahiliah.  Begitupun rasanya jahiliah modern ini. Kemampuan dan kesukaan membaca sangatlah rendah sehingga mempersulit untuk mengajak dalam menyadari kondisi yang terpuruk dan segera bangkit. Mungkin, inilah solusi yang harus ditawarkan.  Membaca itu menjadi asyik jika merasa butuh. Membaca bukan hanya untuk membaca, namun ada target lebih mengapa harus suka membaca. Menulis misalnya merupakan skill yang tidak boleh tidak kudu suka membaca agar tulisannya berbobot dan kaya ide.  Menjadi pembicara juga akan menyenangkan untuk didengarkan jika apa yang dibicarakan banyak isi (daging semua), yang bisa diperoleh dengan membaca. M...

Aliran Sesat Satria Piningit Weteng Buwono

Pagi tadi, di salah satu stasiun TV di bahas tentang aliran sesat yang muncul ke permukaan yaitu aliran sesat Satria Piningit Weteng Buwono .Ternyata, markasnya di daerah Kebagusan Jakarta Selatan (dekat kantor kerjaku). Tidak dinyana, hari gini masih saja banyak yang percaya dengan ajaran-ajaran yang "nyleneh" alias ga masuk akal. Aliran ini dikabarkan memerintahkan SEKS BEBAS .Namun, salah satu eks pengikut aliran ini, Ricky Alamsyah membantah berita tersebut saat berbincang dengan mediaDia membantah bahwa aliran Satria Piningit ini mempraktekkan seks bebas sebagaimana diberitakan media massa. Yang ada, lanjutnya, pernah suatu waktu 13 orang pengikut diperintahkan untuk bugil bersama-sama. Kemudian, bagi pengikut yang sudah menikah disuruh untuk melakukan hubungan seks di situ disaksikan dengan pengikut lainnya. "Tapi, tidak ada tukar pasangan seperti yang diberitakan. Yang berhubungan badan, hanya pasangan suami istri saja," jelasnya.Namun, Ricky tidak menjela...

Lagi Rame Fufufafa

 Skandal akun Fufufafa menghangatkan politik di Indonesia. Bila benar memang fuffaf adalah akun milik Gibran, maka ini menjadi skandal yang memalukan bangsa karena banyak hatespeech dan rasis serta porno menghiasi statemen dan komentar fufufafa dalam akunnya.  Yang unik, fufufafa banyak menghina dan melecehkan Prabowo dan keluarganya. Banyak pernyataan fufufafa yang mengindikasikan isi kepala nya tak jauh dari porno dan kebencian. Menjijikkan! itulah kesan pertama membaca isi statemen fufufafa di kaskus. Entahlah apa yang terjadi bila Prabowo keluarga dan timnya tahu mengani skandal fufufafa ini, masihkah mereka nyaman bekerjasama dengan pelaku ujaran kebencian dan rasisme ini.  Menjadi babak baru bagi perpolitikan Indonesia. Pelajaran politik berharga bagi anak bangsa bahwa politik itu adalah urusan rakyat yang diberikan kepada penguasa untuk memberikan kemudahan dan pelayanan terbaik. Apa jadinya jika pelayan rakyat dengan paradigma dan pemikiran penuh ujaran kebencian ...