Skip to main content

Be Happy

Be Happy menjadi sebuah tren kata agar diri ini selalu bahagia.Tapi aku ga habis pikir, bukankah kehidupan ini berpasang-pasangan ada suka ada duka, ada lelaki ada wanita, ada siang ada malam.Aapakah mungkin sudah tidak terjadi keseimbangan?

Mungkin sudah terlalu banyak kesedihan yang hadir dalam kehidupan ini, sehingga kebahagian bersifat semu, tertawa pun sudah tidak iklas.Lihatlah tontonan di TV,acara-acara berita pasti liputannya adalah musibah mulai dari criminal, kebakaran, jiwa melayang, banjir, peperangan dan lain sebgainya yang menggambarkan kenestapaan dan kepedihan. Sedangkan acara-acara lain (selain berita) semuanya bersifat “bohongan” mulai film,sinetron atau lawakan,tujuannya untuk menghibur.

Atau gara-gara terlalu banyak kesedihan dan kenestapaan sehingga acara-acara TV menyuguhkan hiburan terus agar kita sejenak bisa lupa tentang kesedihan diri sendiri terutama kesedihan orang lain?

Aku berpikir lagi apakah kita hidup ini memang untuk “happy”?lalu seperti apa yang disebut happy itu? Mungkin setiap orang pasti bisa merasakannya sesuai kadarnya masing-masing,bagi orang miskin bisa makan tiap hari adalah kebahagiaan yang tiada tara. Bagi penjudi saham,naiknya harga sahamnya adalah “happy”. Bahkan mungkin bagi pencuri atau maling ketika berhasil mencuri adalah “happy”?

Nah,kalo begitu sungguh tidak adil bagiku jika kebahagiaan hanya ditentukan individual. Perasaan “happy” pun harus diatur,jika tidak bisa kebalngsak. Ga bener tuh jika penjudi menang disebut kebahagiaan walaupun hatinya “happy”. Aku juga ga setuju jika maling berhasil mencuri disebut kebahagiaan.

Apakah tidak ada kebhagiaan yang semua orang bisa menerimanya bahwa itu adalah kebahagiaan? Sehingga semua orang akan merasa resah dan susah jika kondisi itu tidak ada pada diirinya dan orang lain.

Aku teringat kyaiku di desa yang begitu ”happy” menjalani hidupnya dengan berjuang dan beribadah. Masih teringat juga bahwa ia mengatakan dunia ini tempat ujian, ga ada yang kekal di dalamnya, kebahagiaan manusia adalah ketika ia berjumpa dengan penciptanya. Jika ia ditempatkan yang layak maka itulah kebahagiaan sesungguhnya yaitu dibalas dengan syurganya. Tetapi jika sampai salah tempat maka sungguh tiada kebahagiaan yang pernah ia rasakan karena dahsyatnya balasan itu.

Maka kebhagiaan sejati itu adalah ketika tahu tempat dimana setelah kematiaan. Janganlah takut menghadapi kematiaan. Dan buatlah hidupmu di dunia in bahagia ketika mengaraha ketempat setelah kematian yang penuh kebahagiaan abadi.

Be happy tidak harus ketika kondisi kita kekurangan materi atau terkena musibah tetapi setiap ketika berani memilih bahwa jalan hidup kita sesuai aturan illahi itulah kebahagiaan. Masa Bodo, orang mengatakan pada kondisi kita, selama tiada melanggar syariatNya.

Wahai Sobat,Be Happy......Be a good moeslem!

Comments

Popular posts from this blog

Aliran Sesat Satria Piningit Weteng Buwono

Pagi tadi, di salah satu stasiun TV di bahas tentang aliran sesat yang muncul ke permukaan yaitu aliran sesat Satria Piningit Weteng Buwono .Ternyata, markasnya di daerah Kebagusan Jakarta Selatan (dekat kantor kerjaku). Tidak dinyana, hari gini masih saja banyak yang percaya dengan ajaran-ajaran yang "nyleneh" alias ga masuk akal. Aliran ini dikabarkan memerintahkan SEKS BEBAS .Namun, salah satu eks pengikut aliran ini, Ricky Alamsyah membantah berita tersebut saat berbincang dengan mediaDia membantah bahwa aliran Satria Piningit ini mempraktekkan seks bebas sebagaimana diberitakan media massa. Yang ada, lanjutnya, pernah suatu waktu 13 orang pengikut diperintahkan untuk bugil bersama-sama. Kemudian, bagi pengikut yang sudah menikah disuruh untuk melakukan hubungan seks di situ disaksikan dengan pengikut lainnya. "Tapi, tidak ada tukar pasangan seperti yang diberitakan. Yang berhubungan badan, hanya pasangan suami istri saja," jelasnya.Namun, Ricky tidak menjela...

Tantangan Dakwah di Dunia Kerja

 Sekulerisme merupakan paham yang memisahkan agama (aturan Allah) dan kehidupan. Agama, khususnya Islam, aturannay dikebiri hanya dibolehkan dijalankan dalam urusan ibadah ritual, sedikit masalah malan minum (halal) dan pernikahan (nikah dan cerai), selebihnya dianggap urusan private yang tidak boleh dipaksakan untuk diterapkan di area publik. Tentu saja, kondisi negeri yang menerapkan paham sekuler akan membuat menderita bagi orang-orang beriman. Bayangkan sesuatu yang diayakini benar tetapi tidak boleh dialakukan dan harus tunduk kepada yang tidak diyakini meskipun itu salah. Contohnya, ribawi praktik perbankan, dengan sistem simpan pinjam dan investasinya. Bunga bank menjadi faktor utama dalam akad ribawai yang dilegalkan bahkan "wajib" dilaksanakan, dan semua warga tidak bisa menolak akad tersebut. Di negeri berkembang, atau dengan pendapatan yang rendah, para pekerja dengan gajinya yang terkategori minim, dipastikan tidak akan mampu membeli rumah, mobil atau barang sekun...

Suka Membaca

 Mengenaskan, literasi penduduk Indonesia cukup rendah. Hanya 1 orang dari 1000 orang yang suka baca. Pantas dan wajar jika dai pun kesulitan untuk mengajak ummat berpikir untuk bangkit dari keterpurukan. Membaca adalah ayat pertama yang dirunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Perintah ini seolah menjadi solusi awal dari masalah masyarakat yang jahiliah.  Begitupun rasanya jahiliah modern ini. Kemampuan dan kesukaan membaca sangatlah rendah sehingga mempersulit untuk mengajak dalam menyadari kondisi yang terpuruk dan segera bangkit. Mungkin, inilah solusi yang harus ditawarkan.  Membaca itu menjadi asyik jika merasa butuh. Membaca bukan hanya untuk membaca, namun ada target lebih mengapa harus suka membaca. Menulis misalnya merupakan skill yang tidak boleh tidak kudu suka membaca agar tulisannya berbobot dan kaya ide.  Menjadi pembicara juga akan menyenangkan untuk didengarkan jika apa yang dibicarakan banyak isi (daging semua), yang bisa diperoleh dengan membaca. M...