Skip to main content

Menulis Untuk Siapa?

Bila ditanya kan seperti itu, maka jelas saya jawab, blog ini untuk diri sendiri dulu. Standar tulisan adalah standar pribadi. Tempat mencurahkan isi pikiran dan catatan memori. Ketika ada suatu hari saya baca kembali maka akan mengembalikan pengetahuan.
Selain itu, blog ini menjadi tempat latihan yang sangat mudah dan praktis. Banyak tulisan tercipta, ketika duduk di kereta, diantrian, atau sedang break dari kesibukan rutinitas.
Saya percaya, setiap penulis itu adalah pembaca. Namun, tak semua pembaca yang berani untuk menulis. Banyak keraguan dan keengganan. Karena menulis pun butuh motif. 
Melatih otot dan syaraf menulis butuh tahapan dan rutinitas sehingga bisa naik kelas. Setiap saat harus terlatih berpikir mencari ide untuk dituliskan. Ketika ada ide sedikit pun tak boleh dilepaskan. Langsung tuliskan. 
Bila sebagai pemula, langsung minta sanjungan. Terlalu naif. Karena saya bukan anak pembesar dan tokoh berpengaruh. Saya hanya butuh latihan dan jam terbang. 
Untuk saat ini, saya menulis untuk diri sendiri dulu. Dan berbagi tanpa ada ketakutan ditolak atau dikritik karena tidak sesuai dengan standar industri kepenulisan. Seburuk apapun yang saya tulis, tetap harus memperhatikan etika publik. Karena ini saya bagi untuk dibaca siapapun. 
Setidaknya, saya berharap dari setiap ide dalam tulisan, ada yang bisa memahami. Terlebih, jika bisa bermanfaat dan menginspirasi.
Maka, tetap lah menulis agar tetap bodoh yang haus akan keilmuan.

Comments

Popular posts from this blog

Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Teringat masa bebrapa waktu yang lalu. Dunia web dan blog, seolah sutu hal yang menakjubkan bagiku. Dan terbesit sebuah tanya? bagaiman ya kok bisa membuat web yang begitu bagus. Mungkinkah seorang tanpa dasar ilmu komputer atau IT bisa membuatnya. Seiring perkembngan dunia internet. Ilmu ngeweb dan ngeblog begitu banyak bergentayangan, sehingga mampu membantu orang-orang yang awam tentang dunia bahasa pemrograman menjadi begit mudah. Jika saja, saya berkata "Tidak" atau "Stop" setiap menemukan kesukaran maka ilmu yang saya dapat pun sebtas keputusasaan. namun berbeda setiap saya mendapati kesukran, untuk terus mencari jawabannya. Distulah letak kenikmatannya, yaitu ketika meneukan jawabannya. Yang awalnya begitu sulit, ketika kita mampu melewati kesulitan tersebut. Maka kemudahan dan senyuman yang akan terkembang. Dari proses pembelajaran ini, saya semakin yakin bahwa sunanhatullah harus dilakukan. Kepandaian bisa diperoleh dengan rajin belajar. Dan tiada pernah

Free domain dan web hosting

Buat webmu sendiri!. Anda yang suka berkreasi dengan web maka perlu mencoba untuk belajar terlebih dahulu dengan layanan gratis. ketika saya berselancar di dunia maya ini, kemudian ketemu dengan web hasil gratisan www.viladavid.co.cc yang sedang baru dibangun. usut punya usut ternyata web tersebut dibangun dengan gratisan semuanya mulai dari domain dan web hostingnya. Untuk domainnya bisa mendaftar ke co.cc, anda bisa tentukan nama domain (alamat web yang anda sukai) selama masih tersedia secara free, langsung ambil saja dan register. Untuk web hostingnya yang gratisan anda bisa baca penjelasan berbahasa inggris di bawah ini: If you wish to have a professional shared hosting quality in a free hosting package, come and host with 000webhost.com and experience the best service you can get absolutely free. Founded in December 2006, 000webhost.com has a trusted free hosting members base of over 60,000 members and still counting! Offering professional quality hosting, support, uptime a

Soekarno-Hatta International Airport closed due to heavy rain

Indonesia was forced to temporarily close its main international airport Friday because of poor visibility during torrential downpours, an official said. More than 60 planes were delayed or diverted. Forty-three flights were delayed and 21 diverted to other airports, Hariyanto said. Indonesia was pounded by rain late Thursday and early Friday, bringing traffic to a standstill in much of the capital, Jakarta. Citywide floods last occurred in February 2007 in Jakarta, much of which is below sea level. Environmentalists have blamed the flooding on garbage-clogged rivers, rampant overdevelopment and the deforestation of hills south of the city.