Karena saya bukan anak pembesar atau tokoh berpengaruh. Menulis juga menjadi bukti perjalanan kehidupan. Bisa berbagi informasi dan pengetahuan. Setidaknya saya bisa mengukur perubahan diri dari tulisan.
Membaca setiap tulisan di blog ini seolah terbawa dalam pola perkembangan jaman dan pengaruh di kehidupan. Cara menulis dan merangkai kata, mengingatkan kepada karya tulisan yang pernah di baca.
Saya akan tetap menulis, karena mengasyikkan. Bukan untuk belajar bagaimana tata cara menulis. Tapi, untuk belajar menulis ya dengan langsung menulis. Ada suatu keinginan kuat tuk jadi penulis. Syaratnya mudah, hanya dengan menulis. Prosesnya lah yang cukup berat. Penuh dengan latihan dan konsistensi. Terus menghasilkan tulisan. Sekalinya berhenti menulis, hanya menjauhkan dari keinginan. Tak ada yang bagus dengan cara instan. Semua ada proses. Semua ada waktunya. Bila mau bisa bersepeda, pingpong, badminton, dan apapun, pasti butuh pembelajaran yang rutin. Tanpa kepayahan, mustahil akan jadi jago dibidang nya.
Menulis pun begitu. Sudah berapa banyak yang ditulis? Sudah berapa jam yang dibutuhkan untuk menulis? Sudah berapa artikel/halaman/tema yang ditulis?. Semakin banyak, kudunya semakin jago. Lakukan prosesnya, dan percepat dengan pengorbanan dalam pembelajaran.
Ada posisi atau status yang mengharuskan menulis. Ya, saya disitu sekarang ini. Begitu banyak referensi dikumpul kan lalu dibaca. Masih juga terasa berat dan kaku, jemari ini menuliskan kata per kata. Saya memang jarang bahkan hampir tidak pernah latihan. Semua tulisan karena ada di zona kepepet. Sungguh tak baik dan jauh dari kata bagus. Latihan rutin dan terbiasa, membuat jari ini begitu gesit. Mengantarkan buah pikiran dalam bentuk tulisan yang enak tuk dimengerti. Hanya butuh latihan dan terus berkarya.
Disinilah, saya menemukan kenikmatan dan tantangan. Menjadi penulis itu pasti sulit, asal dijalani dan dilatih, pasti bisa dan mudah akhirnya.
Keinginan ini, meningkatkan adrenalin. Sebuah pembuktian diri bahwa apa yang dicita-citakan pasti bisa diraih. Serius, itu kuncinya. Penuh semangat untuk menciptakan goal baru dalam kepenulisan. Tembakkan hasil tulisan. Hingga mencapai sasaran. Naikkan level target nya. Lakukan sekarang, esok hingga nanti.
Menulis bukan lagi keinginan tapi kebutuhan. Disitulah, nama penulis mulai dikenal dan ditunggu hasil tarian kata dalam kalimat dan paragraf nya.
Tak ada lagi yang jadi penghalang kecuali dipinggirkan agar tak menyurutkan tujuan.
Menulislah agar tetap bodoh dan haus akan keilmuan.
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!