Pagi ini membaca berita "Selain ke PKS, Ilham Setor Rp 2,5 M ke Hanura" membuktikan bahwa mahar politik memang benar-benar telah menjadi praktik legal di partai manapun. Kritik terhadap pendanaan pemilu atau pilkada pernah dibahas oleh DOS, simpatisan partai yang membuat blog pkswatch.
Bergesernya paradigma perjuangan Islam ke arah yang moderat dan prakmatis membuat partai-partai Islam yang di parlemen tak luput dari masalah-masalah korupsi, kolusi dan nepotisme di partai-partai nasionalis.
Sistem politik demokrasi yang mahal menyeret parpol untuk mendanai kegiatan politik dari cara-cara yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam semisal dengan memperjualbelikan wewenang berupa jabatan dan proyek-proyek pengadaan barang/jasa kepada para pengusaha (suap menyuap dan fee proyek). Hubungan pengusaha dan politisi tak ubahnya dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dan penghubungnya adalah para makelar seperti AF (Ahamd Fatonah) yang tengah menjadi terdakwa kasus suap daging impor. Jika berita-berita terkait suap menyuap dan permainan proyek atau jabatan dianggap fitnah oleh partai,seharusnya dituntut ke meja hukum para penyiar berita yang dinilai fitnah tersebut.
Saatnya introspeksi diri
Saya ingin bercerita tentang anak muda yang awalnya aktivis kampus berubah menjadi gila harta dan jabatan (cerita ini imajinasi saja, jk ada kesamaan dengan realita hanya kebetulan saja).
Kehidupan di kampus yang penuh aktivis membuat pemuda sebut saja namanya Akah bergelut dengan pergerakan Islam yang konon katanya ingin menegakkan Islam di Indonesia. Pasca reformasi dia bergabung dengan partai politik yang lahir dari gerakan mahasiswa tersebut dengan semangat ingin mewarnai parlemen dengan nilai-nilai Islam.
Tak disadari, seorang tokoh intel masuk di kalangan elit dan menjadi salah satu decision maker. Orang inilah yang mengajarkan para anak muda bagaimana mencari proyek-proyek dan berhubungan dengan pengusaha. Seiring perolehan suara yang mumpuni menjadikan banyak pejabat partai yang menjadi pejabat negara. Disinilah kisah Akah bermulai berubah menjadi serakah dan ambisius.
Posisinya sebagai asisten (staf) bendahara partai membawanya dekat dengan para petinggi partai yang ada di DPR. Lama berkecimpung di partai dia tak menemukan konspirasi kemakmuran yang membawanya bisa cepat kaya seperti petinggi-petinggi lainnya.
Kesempatan muncul ketika salah satu petinggi partai yang jaringannya sangat dekat dengannya terpilih menjadi pejabat negara. Bersama kroninya pun Akah mencari tempat agar bisa merubah nasibnya. Tapi apa lacur, pos-pos strategis telah diisi oleh teman-temannya sehingga ia pun hanya jadi bemper.
Akah memutuskan untuk masuk menjadi PNS meskipun usianya sudah tak muda. Dia merancang dan meminta jatah-jatah posisi jabatan. Akah berjuang untuk merekomendasikan orang2 yang menginginkan jabatan. nama Akah mulai diperhitungkan ketika orang2 yang dia rekomendasikanberhasil menjadi pejabat eselon. Akah mulai berani mejadi makelar jabatan. Dan tentu saja dia meminta satu tempat untuk dirinya.
Ketika menjadi pejabat Akah mulai belajar dari senior2 PNS bagaimana memperkaya diri mulai dari fiktif, mark up dana, hingga mengambil keuntungan dari daerah dan pengusaha. Dalam waktu singkat rumah, mobil dan fasilitas lainnya telah Akah nikmati.
Akah mulai berani menerima uang-uang setoran dari daerah dan pengusaha termasuk hasil fiktif. Dia mulai juga ke tempat-tempat karaoke dan spa. Akah pun sudah mulai mencari-cari wanita dengan niat poligami. Sayangnya, sebelum niat itu terwujud Akah sudah terbiasa menemani orang di karako dengan minuman keras meski aia tak minum, sudah terbiasa dengan wanita2 penghibur yang awalnya melayani orang2 keuangan dan pemeriksa.
Sekarang Akah sudah berubah menjadi orang yang sombong (meremehkan manusia yg lain dan menolak kebenaran). Hatinya mambatu, yang dia kuatirkan bukan hilangnya keimana tetapi ketika jabatan, kekuasaan dan harta menghilang darinya. lambat laun dia telah menghilang dari majelis2 ilmu dan lebih sering ke pertemuan2 politik serta tempat2 hiburan.
Kesempatan2 untuk berbuat durjana karena keserakahan tidak hanya dimiliki oleh Akah. Di sekitar kita pun bisa jadi banyak peluang untuk melakukan kesalahan seperti Akah. Menyadari bahwa perbuatan kita salah dan mau bertobat serta memperbaiki diri salah satu tanda hati kita belum membatu. Berlindunglah kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk dan berHIJRAH lah.
Bergesernya paradigma perjuangan Islam ke arah yang moderat dan prakmatis membuat partai-partai Islam yang di parlemen tak luput dari masalah-masalah korupsi, kolusi dan nepotisme di partai-partai nasionalis.
Sistem politik demokrasi yang mahal menyeret parpol untuk mendanai kegiatan politik dari cara-cara yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam semisal dengan memperjualbelikan wewenang berupa jabatan dan proyek-proyek pengadaan barang/jasa kepada para pengusaha (suap menyuap dan fee proyek). Hubungan pengusaha dan politisi tak ubahnya dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dan penghubungnya adalah para makelar seperti AF (Ahamd Fatonah) yang tengah menjadi terdakwa kasus suap daging impor. Jika berita-berita terkait suap menyuap dan permainan proyek atau jabatan dianggap fitnah oleh partai,seharusnya dituntut ke meja hukum para penyiar berita yang dinilai fitnah tersebut.
Saatnya introspeksi diri
Saya ingin bercerita tentang anak muda yang awalnya aktivis kampus berubah menjadi gila harta dan jabatan (cerita ini imajinasi saja, jk ada kesamaan dengan realita hanya kebetulan saja).
Kehidupan di kampus yang penuh aktivis membuat pemuda sebut saja namanya Akah bergelut dengan pergerakan Islam yang konon katanya ingin menegakkan Islam di Indonesia. Pasca reformasi dia bergabung dengan partai politik yang lahir dari gerakan mahasiswa tersebut dengan semangat ingin mewarnai parlemen dengan nilai-nilai Islam.
Tak disadari, seorang tokoh intel masuk di kalangan elit dan menjadi salah satu decision maker. Orang inilah yang mengajarkan para anak muda bagaimana mencari proyek-proyek dan berhubungan dengan pengusaha. Seiring perolehan suara yang mumpuni menjadikan banyak pejabat partai yang menjadi pejabat negara. Disinilah kisah Akah bermulai berubah menjadi serakah dan ambisius.
Posisinya sebagai asisten (staf) bendahara partai membawanya dekat dengan para petinggi partai yang ada di DPR. Lama berkecimpung di partai dia tak menemukan konspirasi kemakmuran yang membawanya bisa cepat kaya seperti petinggi-petinggi lainnya.
Kesempatan muncul ketika salah satu petinggi partai yang jaringannya sangat dekat dengannya terpilih menjadi pejabat negara. Bersama kroninya pun Akah mencari tempat agar bisa merubah nasibnya. Tapi apa lacur, pos-pos strategis telah diisi oleh teman-temannya sehingga ia pun hanya jadi bemper.
Akah memutuskan untuk masuk menjadi PNS meskipun usianya sudah tak muda. Dia merancang dan meminta jatah-jatah posisi jabatan. Akah berjuang untuk merekomendasikan orang2 yang menginginkan jabatan. nama Akah mulai diperhitungkan ketika orang2 yang dia rekomendasikanberhasil menjadi pejabat eselon. Akah mulai berani mejadi makelar jabatan. Dan tentu saja dia meminta satu tempat untuk dirinya.
Ketika menjadi pejabat Akah mulai belajar dari senior2 PNS bagaimana memperkaya diri mulai dari fiktif, mark up dana, hingga mengambil keuntungan dari daerah dan pengusaha. Dalam waktu singkat rumah, mobil dan fasilitas lainnya telah Akah nikmati.
Akah mulai berani menerima uang-uang setoran dari daerah dan pengusaha termasuk hasil fiktif. Dia mulai juga ke tempat-tempat karaoke dan spa. Akah pun sudah mulai mencari-cari wanita dengan niat poligami. Sayangnya, sebelum niat itu terwujud Akah sudah terbiasa menemani orang di karako dengan minuman keras meski aia tak minum, sudah terbiasa dengan wanita2 penghibur yang awalnya melayani orang2 keuangan dan pemeriksa.
Sekarang Akah sudah berubah menjadi orang yang sombong (meremehkan manusia yg lain dan menolak kebenaran). Hatinya mambatu, yang dia kuatirkan bukan hilangnya keimana tetapi ketika jabatan, kekuasaan dan harta menghilang darinya. lambat laun dia telah menghilang dari majelis2 ilmu dan lebih sering ke pertemuan2 politik serta tempat2 hiburan.
Kesempatan2 untuk berbuat durjana karena keserakahan tidak hanya dimiliki oleh Akah. Di sekitar kita pun bisa jadi banyak peluang untuk melakukan kesalahan seperti Akah. Menyadari bahwa perbuatan kita salah dan mau bertobat serta memperbaiki diri salah satu tanda hati kita belum membatu. Berlindunglah kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk dan berHIJRAH lah.
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!