Kesehatan sungguh mahal. Kyai saya pernah cerita bahwa kesehatan adalah salah satu kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh pemreintah kepada rakyatnya. Kasus Prita mencuat gara-gara email nya yang berisi curhat terhadap perlakuan sebuah RS tempat ia dirawat. Dimana peran pemerintah? Sebelummasuk ke ranah pencemaran nama baik. Sebagai pengayom yang baik seharusnya pemerintah benar-benar menyelidikan apa yang terjadi dalam peristiwa "ketidaknyamanan prita selaku pasien", tanpa prosedural pengaduan pun , jika maslahnya sudah besar seperti ini maka pemerintah kudu mengungkap kebenaran perlakuan dari pihak RS. Jika memang tidak terbukti ap ayang dituliskan oleh Prita, maka silahkan pihak RS untuk menggugat nama baiknya untuk dipulihkan.
Namun, jika dilihat kasusnya cara yang mungkin diambil adalah jalan tengah, par alawyer akan mencarai win win solutin. Beruntung sekali media mebesarkan maslah ini sehingga Prita mendapat perimbangan kekuatan dan terselamatkan dari perlakuan yang tidak nyaman kembali.
Akan menjadi berbeda masalahnya mungkin jika Prita adalah pejabat atau konglomerat. Pihak RS dan aparat penegak hukum tidaka akan begitu mudah menyeret dan menahan Prita hanya berdasarkan email tsb.
Peristiwa ini menjadi pembelajaran sangat berharga :
1. Tanggungjawab dan care pemerintah terhadap kesehatan masyarakat masih sangat kurang
2. Pengelolaan RS bak istana namun dikelola layaknya perusahaan menjadikan materi menjadi motif dalam pengobatan. Orang sakit adalah uang.
3. Berhati-hatilah dalam mengirim email, jika berkenaan dengan orang-orang atau perusahaan yang berduit dan punya kekuatan finansial atau kekuasaan, anda akan mudah diseret ke penjara meskipun tanpa proses pengadilan.
4. Ini bukti ketika aturan syariat Islam diabaikan maka kesengsaraan manusia semakin merajalela, tidak ada yang mau bertanggungjawab terhadap kebutuhan pokok rakyatnya. Semuanya diserahkan kepada maysarakat, sehingga peluang bisnis terbesar adalah bisnis di bidang kebutahan poko rakyat termasuk kesehatan.
Beberapa abad yang lalu, kata Kyai saya, ketika Islam diterapkan oleh negara yang disebut kekhilafahan islamiyah, penguasanya bertanggungkawab untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan kemananan rakyatnya. Penguasa saat itu yang disebut Kholifah akan sangat sedih dan merasa berdosa jika masih ada rakyatnya yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Oleh karena itu peran-peran dokter saat itu sangat dihargai, digaji dengan sangat tinggi dengan catatn harus melayani sepenuh hati terhadap semua rakyat. Rumah sakit dibangun dengan megah untuk tempat berobat rakyat, dan tentu saja negaralah yang akan membiayai semuanya.
Sekarang, di jaman demokrasi, semua serba bebas. Asal punya uang bebas membuat bisnis apa saja, asalkan untung, termasukbisnis kesehatan.
Trahr jika anda ngin tahu email nya mbak Prita adalag sbb: http://www.mail-archive.com/parentsguide@yahoogroups.com/msg09863.html
From: prita mulyasari [mailto:prita. mulyasari@ yahoo.com]Sent: Friday, August 15, 2008 3:51 PMTo:Subject: Penipuan OMNI Iternational Hospital Alam Sutera TangerangJangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya, terutamaanak-anak, lansia dan bayi.Bila anda berobat, berhati-hatilah dengan kemewahan RS dan title Internationalkarena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji cobapasien, penjualan obat dan suntikan.Saya tidak mengatakan semua RS International seperti ini tapi saya mengalamikejadian ini di RS Omni International.Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB, saya dengan kondisi panas tinggidan pusing kepala, datang ke RS. OMNI Intl dengan percaya bahwa RS tersebutberstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran danmanajemen yang bagus.Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalahthrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000, sayadiinformasikan dan ditangani oleh dr. Indah (umum) dan dinyatakan saya wajibrawat inap. Dr. Indah melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah sayayang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000. Dr.Indah menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan tapi sayameminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalureferensi dr. Indah adalah dr. Henky. Dr. Henky memeriksa kondisi saya dansaya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demamberdarah.Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau ijinpasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi,dr.Henky visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalambukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?), saya kaget tapidr. Henky terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikanberbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa ijin pasien ataukeluarga pasien. Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetapmasih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangatkuatir karena dirumah saya memiliki 2 anak yang masih batita jadi saya lebihmemilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dansaya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntiktidak ada keterangan apapun dari suster perawat, dan setiap saya memintaketerangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, lebih terkesan susterhanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boxlemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.Tangan kiri saya mulai membengkak, saya minta dihentikan infus dan suntikan danminta ketemu dengan dr. Henky namun dokter tidak datang sampai saya dipindahkanke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dandatang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa, setelah dicekdokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr. Henky saja.Esoknya dr. Henky datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untukmemberikan obat berupa suntikan lagi, saya tanyakan ke dokter tersebut sayasakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakanberarti bukan kena demam berdarah tapi dr. Henky tetap menjelaskan bahwa demamberdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dankembali diberikan suntikan yang sakit sekali.Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesaknapas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanyaberkata menunggu dr. Henky saja. Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infuspadahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya.Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukansuntikan dan obat-obatan.Esoknya saya dan keluarga menuntut dr. Henky untuk ketemu dengan kami namunjanji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakaksaya menuntut penjelasan dr. Henky mengenai sakit saya, suntikan, hasil labawal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalamriwayat hidup saya belum pernah terjadi.Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri saya.Dr, Henky tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan, dokter tersebut malahmulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali danmenyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi sayadan meminta dr. Henky bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yangpertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. Dr. Henky menyalahkanbagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulaimembengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat namun saya tetap tidak maudirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi saya membutuhkan datamedis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medisyang fiktif.Dalam catatan medis, diberikan keterangan bahwa BAB saya lancar padahal itukesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow upnyasamasekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang181.000 bukan 27.000.Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkanbahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000,kepala lab saat itu adalah dr. Mimi dan setelah saya complaint dan marah-marah,dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada diManajemen Omni maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yangmemegang hasil lab tersebut.Saya mengajukan complaint tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Ogi(customer service coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terimatersebut hanya ditulis saran bukan complaint, saya benar-benar dipermainkanoleh Manajemen Omni dengan staff Ogi yang tidak ada service nya sama sekali kecustomer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terimapengajuan complaint tertulis.Dalam kondisi sakit, saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen, atas nama Ogi(customer service coordinator) dan dr. Grace (customer service manager) dandiminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengansaya.Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan darilab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000 makanyasaya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 sayamasih bisa rawat jalan.Tanggapan dr. Grace yang katanya adalah penanggung jawab masalah complaint sayaini tidak profesional samasekali. Tidak menanggapi complaint dengan baik, diamengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr. Mimiinformasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen dan dr.Henky namun tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas(Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi sayadimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular, menurut analisaini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karenasudah membengkak, kalau kena orang dewasa yang ke laki-laki bisa terjadiimpoten dan perempuan ke pankreas dan kista. Saya lemas mendengarnya danbenar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisasakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosistinggi sehingga mengalami sesak napas.Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang sayatidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.Suami saya datang kembali ke RS Omni menagiih surat hasil lab 27.000 tersebutnamun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikanwaktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggukabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omnimemberikan surat tersebut. Saya telepon dr. Grace sebagai penanggung jawabcompaint dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah sayanamun sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datangkerumah saya. Kembali saya telepon dr. Grace dan dia mengatakan bahwa sudahdikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah, ini benar-benar kebohongan RSyang keterlaluan sekali, dirumah saya tidak ada nama Rukiah, saya mintadisebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkanwaktu yang lama. Logikanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surattertujunya kemana kan ? makanya saya sebutManajemen Omni PEMBOHONG BESAR semua. Hati-hati dengan permainan mereka yangmempermainkan nyawa orang.Terutama dr. Grace dan Ogi, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanancustomer, tidak sesuai dengan standard International yang RS ini cantum.Saya bilang ke dr. Grace, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebutdan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja danpas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami, pihak manajemen hanyamenyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenaikesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dandiberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk darisebelum masuk ke RS Omni.Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? karena saya ingin tahubahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omnimendapatkan pasien rawat inap. Dan setelah beberapa kali kami ditipu denganjanji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah FIKTIF dan yangsebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesaknapas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertanganidengan baik.Saya dirugikan secara kesehatan, mungkin dikarenakan biaya RS ini denganasuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimalmungkin tapi RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.Ogi menyarankan saya bertemiu dengan direktur operasional RS Omni (dr. Bina)namun saya dan suami saya terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan merekadengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaputatasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas danapabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukupuntuk menyembuhkan.Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing,benar.... tapi apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dpercayauntuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan, semoga Allahmemberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkankembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatusaat juga sakit dan membutuhkan medis, mudah-mudahan tidak terjadi seperti yangsaya alami di RS Omni ini.Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan ataudokter atau Manajemen RS Omni, tolong sampaikan ke dr. Grace, dr. Henky, dr.Mimi dan Ogi bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demiperusahaan Anda.Saya informasikan juga dr. Henky praktek di RSCM juga, saya tidak mengatakanRSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.salam,Prita Mulyasari
Sungguh malang rakyat kecil jk hrs berhadapan dengan perusahaan besar yg menguasai lobi dan kekayaan
ReplyDeleteProses hukum bg rakyat kecil sangatlah cepat sedangkan jk pelakunya pejabat atau penjahat besar, kasusnya bisa hilang krn terlalu lama ngusrusnya