Hari ini adalah berahirnya masa pemerintahan Bush, presiden AS yang terkenal "haus darah". semasa pemerintahannya telah banyak manusi atak berdosa menjadi korban kebijakan "war on terrorism" nya. ada peristiwa yang menarik yaitu Sekitar 40 sepatu dilemparkan ke arah gerbang Gedung Putih. Tusrunnya Bush dari tampuk kekuasaan disambut 500 orang pendemoyang melemparkan sepatu-sepatu ke arah gerbang Gedung Putih.
Menurut para demonstran, tindakan mereka itu sebagai solidaritas untuk Muntazar al-Zaidi, reporter Irak yang melemparkan dua sepatunya ke Bush saat konferensi pers di Baghdad, Irak pada Desember 2008 lalu. Zaidi hingga saat ini masih ditahan polisi Irak akibat kejadian itu.
Aksi lempar sepatu ke Gedung Putih tersebut disponsori oleh kelompok anti-perang Washington Peace Centre, Iraq Veterans Against the War dan kelompok lainnya.
Selain itu, "Dosa-dosa" Bush ini diungkap dengan gamblang oleh Scott McClellan, eks jubir Bush, dalam bukunya yang berjudul What Happened. Buku ini terbit di AS pada April 2008 dan pertengahan bulan ini telah beredar di Indonesia dengan judul Kebohongan di Gedung Putih: Warisan Dosa-dosa Bush bagi Penggantinya. Dengan mudah Anda bisa menemukannya di toko-toko buku terkemuka seharga Rp 85 ribu.
Scott McClellan mengenal dan bekerjasama dengan Bush sejak 1996, saat Bush menjabat Gubernur Texas. Ketika Bush menjadi presiden, Scott menjadi jubir. Dia selalu berada di garda terdepan untuk membela semua kebijakan Bush, termasuk soal perang Irak.
Dalam bukunya, Scott menyatakan, skandal Plame yang terjadi di AS bertujuan untuk 'menghukum' atau 'mendiskreditkan' mantan Dubes Joseph Wilson, suami Valerie Plame, yang mengkritik perang Irak. Sebab Joseph Wilson diketahui Karl Rove dkk sebagai sumber anonim di artikel pemenang Pulitzer Prize, Nicolas Kristof, di koran terkemuka New York Times. Dalam artikel itu, Kristof menyitir sumber anonim bahwa dokumen tentang Irak yang membeli fisil uranium atau yellowcake (roti kuning) ke Nigeria untuk mengembangkan nuklir, hanya isapan jempol belaka.
Wilson mengetahui hal itu karena dia pernah ditugaskan pergi ke Nigeria guna mengecek dokumen pembelian 'roti kuning' itu. Sebab berbekal dokumen itulah Bush menginvasi Irak 19 Maret 2003. Dokumen itu belakangan oleh CIA dinyatakan palsu.
Sumber: detik.com
Menurut para demonstran, tindakan mereka itu sebagai solidaritas untuk Muntazar al-Zaidi, reporter Irak yang melemparkan dua sepatunya ke Bush saat konferensi pers di Baghdad, Irak pada Desember 2008 lalu. Zaidi hingga saat ini masih ditahan polisi Irak akibat kejadian itu.
Aksi lempar sepatu ke Gedung Putih tersebut disponsori oleh kelompok anti-perang Washington Peace Centre, Iraq Veterans Against the War dan kelompok lainnya.
Selain itu, "Dosa-dosa" Bush ini diungkap dengan gamblang oleh Scott McClellan, eks jubir Bush, dalam bukunya yang berjudul What Happened. Buku ini terbit di AS pada April 2008 dan pertengahan bulan ini telah beredar di Indonesia dengan judul Kebohongan di Gedung Putih: Warisan Dosa-dosa Bush bagi Penggantinya. Dengan mudah Anda bisa menemukannya di toko-toko buku terkemuka seharga Rp 85 ribu.
Scott McClellan mengenal dan bekerjasama dengan Bush sejak 1996, saat Bush menjabat Gubernur Texas. Ketika Bush menjadi presiden, Scott menjadi jubir. Dia selalu berada di garda terdepan untuk membela semua kebijakan Bush, termasuk soal perang Irak.
Dalam bukunya, Scott menyatakan, skandal Plame yang terjadi di AS bertujuan untuk 'menghukum' atau 'mendiskreditkan' mantan Dubes Joseph Wilson, suami Valerie Plame, yang mengkritik perang Irak. Sebab Joseph Wilson diketahui Karl Rove dkk sebagai sumber anonim di artikel pemenang Pulitzer Prize, Nicolas Kristof, di koran terkemuka New York Times. Dalam artikel itu, Kristof menyitir sumber anonim bahwa dokumen tentang Irak yang membeli fisil uranium atau yellowcake (roti kuning) ke Nigeria untuk mengembangkan nuklir, hanya isapan jempol belaka.
Wilson mengetahui hal itu karena dia pernah ditugaskan pergi ke Nigeria guna mengecek dokumen pembelian 'roti kuning' itu. Sebab berbekal dokumen itulah Bush menginvasi Irak 19 Maret 2003. Dokumen itu belakangan oleh CIA dinyatakan palsu.
Sumber: detik.com
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!