Skip to main content

Bersaing Dengan Yang Terbaik

Sumber gambar: lifehack.org
Coba kita lihat bagaimana bangganya Lionel Messi ketika meraih penghargaan pemain sepakbola terbaik dunia. Lalu, bagaimana rasanya Cristiano Ronaldo mengalahkan yang terbaik untuk menjadi yang terbaik. Kita hanya melihat keberhasilan mereka dan melupakan prosesnya.Pernahkah kita belajar bagaimana mereka memperoleh kebahagian tersebut dengan kerja keras menjadi best of the best. Setiap hari berlatih dan bertanding untuk mencapai hasil lebih dari hari kemarin.

Sebagai seorang muslim, kita sudah senantiasa untuk menjadi manusia pembelajar dan terbaik. Sejak proses pembuahan bagaimana satu sprema berhasil menjadi yang tercepat dan terbaik sehingga jadilah kita. Lalu kita setiap hari mulai belajar hal-hal baru hingga kita mampu, from nothing to something.

Dalam komunitas masyarakat pun secara alamiah akan menghadapi persaingan  (kompetisi) kehidupan, jika kita bisa memilih komunitas yang baik maka kita pun akan bersaing dalam hal kebaikan. Teringat, bagaimana Umar bin Khattab mengakui kekalahan dan iri terhadap Abu Bakar As Siddiq karena selalu kalah dalam hal kebaikan. Ketika Umar menginfakkan setengah hartanya di jalan dakwah, Abu Bakar malah menginfakkan seluruh hartanya. Hanya menyisakan bagi keluarganya keimanan yang kokoh bagai gunung dan batu karang, "Cukup Allah dan Rasul-Nya bagi keluargaku".

Bagaimana dengan kita? Mengapa kita seolah lupa bahwa kita adalah mahluk dengan karakter bersaing (as-sibaq). Tentu saja dalam hal kebaikan bukan yang lain. Irilah terhadap dua orang yaitu orang kaya yang menggunakan hartanya di jalan Allah dan orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya di jalan Allah.

Tak harus mencari rival untuk bersaing dalam hal kebaikan, karena dengan senantiasa introspeksi diri kita pun bisa bersaing dengan diri kita sendiri. Caranya, apakah hari ini kondisi kita lebih baik dari hari kemarin? atau sama saja dengan kemarin? bahkan lebih buruk?

Kondisi terbaik apa dalam amal sholih yang pernah kita capai? mengapa hari ini kita tidak mau mengusahakan lebih baik lagi? atau membuat target yang melampaui kondisi terbaik kemarin?

Manusia bersaing akan menyukai dinamisasi dalam kondisi apapun tak kan hanya menggerutu kegelapan namun lebih memilih menyalakan lilin. Mungkin benar, kondisi kita hari ini tak sesuai dengan apa yang kita harapkan namun bukankah masih ada harapan untuk menuju kesempuranaan?

Menuju kesempurnaan bukan berarti kita pasti sempurna. Kesempurnaan yang dimaksud lebih kepada ikhtiar/usaha maksimal yang tengah kita lakukan. Jangan biarkan ketakutan tuk bersaing membunuh harapan.

Percayalah, berani bersaing dengan yang terbaik akan memacu adrenalin, pikiran, tenaga, harta dan lain sebagainya kepada satu titik capaian yang sangat jelas yaitu kemenangan. Tengoklah sang pencinta ketika bersaing mendapatkan hati sang pujaannnya, dan kondisi bagi yang bisa menang dan kalah? katanya, kotoran pun terasa coklat. Lompatan usahanya akan melebihi limit kemampuan, bagaikan pelari yang berlari kencang karena sedang dikejar anjing.

Perlu diingat juga bahwa bersaing bukan hanya masalah kalah menang namun lebih dari itu yaitu kondisi sebelum dan sesudah. Bandingkanlah kondisi orang yang belum bersaing dan setelah persaingan tersebut. Ada perubahan, pergerakan dan kehidupan bagi para pesaing dan yang berani bersaing.

So, mengapa tidak menjadi yang terbaik dalam hal kebaikan?
Ketika kalah pun kita masih bisa bercerita bahwa kita pernah berusaha dan berani untuk melakukan yang orang lain belum tentu lakukan, meskipun gagal.

Comments

Popular posts from this blog

Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Teringat masa bebrapa waktu yang lalu. Dunia web dan blog, seolah sutu hal yang menakjubkan bagiku. Dan terbesit sebuah tanya? bagaiman ya kok bisa membuat web yang begitu bagus. Mungkinkah seorang tanpa dasar ilmu komputer atau IT bisa membuatnya. Seiring perkembngan dunia internet. Ilmu ngeweb dan ngeblog begitu banyak bergentayangan, sehingga mampu membantu orang-orang yang awam tentang dunia bahasa pemrograman menjadi begit mudah. Jika saja, saya berkata "Tidak" atau "Stop" setiap menemukan kesukaran maka ilmu yang saya dapat pun sebtas keputusasaan. namun berbeda setiap saya mendapati kesukran, untuk terus mencari jawabannya. Distulah letak kenikmatannya, yaitu ketika meneukan jawabannya. Yang awalnya begitu sulit, ketika kita mampu melewati kesulitan tersebut. Maka kemudahan dan senyuman yang akan terkembang. Dari proses pembelajaran ini, saya semakin yakin bahwa sunanhatullah harus dilakukan. Kepandaian bisa diperoleh dengan rajin belajar. Dan tiada pernah

Free domain dan web hosting

Buat webmu sendiri!. Anda yang suka berkreasi dengan web maka perlu mencoba untuk belajar terlebih dahulu dengan layanan gratis. ketika saya berselancar di dunia maya ini, kemudian ketemu dengan web hasil gratisan www.viladavid.co.cc yang sedang baru dibangun. usut punya usut ternyata web tersebut dibangun dengan gratisan semuanya mulai dari domain dan web hostingnya. Untuk domainnya bisa mendaftar ke co.cc, anda bisa tentukan nama domain (alamat web yang anda sukai) selama masih tersedia secara free, langsung ambil saja dan register. Untuk web hostingnya yang gratisan anda bisa baca penjelasan berbahasa inggris di bawah ini: If you wish to have a professional shared hosting quality in a free hosting package, come and host with 000webhost.com and experience the best service you can get absolutely free. Founded in December 2006, 000webhost.com has a trusted free hosting members base of over 60,000 members and still counting! Offering professional quality hosting, support, uptime a

Soekarno-Hatta International Airport closed due to heavy rain

Indonesia was forced to temporarily close its main international airport Friday because of poor visibility during torrential downpours, an official said. More than 60 planes were delayed or diverted. Forty-three flights were delayed and 21 diverted to other airports, Hariyanto said. Indonesia was pounded by rain late Thursday and early Friday, bringing traffic to a standstill in much of the capital, Jakarta. Citywide floods last occurred in February 2007 in Jakarta, much of which is below sea level. Environmentalists have blamed the flooding on garbage-clogged rivers, rampant overdevelopment and the deforestation of hills south of the city.