Oleh: Hisyam Rusyda
Sesungguhnya kebaikan
adalah yang menenteramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah yang
membimbangkan hati dan yang tidak menenangkan jiwa. Sudahkan kita introspeksi
diri dari setiap harta yang kita punya,
tiap jabatan yang diamanahkan dan dari tiap apa yang kita makan diperoleh
dengan cara yang halal?
Perkara yang halal itu
jelas dan perkara yang haram itu jelas, diantara keduanya terdapat syubhat.
Semoga kita dijauhkan dari perkara syubhat dan berani menjauhkan diri (menolak)
hal-hal syubhat.
Rasulullah saw bersabda:
“...Dan siapa yang terjerumus ke dalam syubhat,
berarti dia telah terjerumus ke dalam perkara haram, seperti penggembala yang
menggembala di sekitar tanah terlarang, maka kemungkinan besar binatangnya akan
memasuki kawasan tersebut...”(Mutafaq ‘alaih)
Apakah dengan kemewahan
dan jabatan yang mentereng akan selalu membahagiakan?. Bisa jadi karena syubhat
inilah, meskipun seseorang berharta banyak dan mempunyai jabatan yang tinggi
namun hidupnya selalu dipenuhi dengan kegalauan, keresahan dan
ketidakbahagiaan. Kehidupan keluarga menjadi berantakan, dalam pekerjaan pun
banyak musuh, di masyarakat hidup dengan cibiran karena kemewahan dan jabatan
yang terlalu instan. Bukankah Rasulullah SAW sudah mengingatkan bahwa:
“Kebaikan adalah akhlak yang baik. Dosa adalah yang meragukan dalam
dirimu dan engkau tidak suka jika manusia melihatnya”.(HR. Muslim)
Maka sadarilah,
keresahan dan ketidakbahagiaan muncul karena ulah kita sendiri. Karena kita
terlanjur hidup dengan kesenangan dunia hingga melupakan yang syubhat bahkan
yang haram sekalipun sudah terbiasa dikerjakan. Pernahkah kita merasa nista
ketika mendapatkan harta atau jabatan dengan cara yang haram atau syubhat?
Perasaan bersalah dan keraguan yang muncul menunjukkan bahwa masih ada iman di
dalam dada. Jangan diteruskan untuk berlaku syubhat, lebih baik tinggalkan yang
meragukan.
Dari Hasan ra. bin Ali
ra., ia berkata; aku menghafal sebuah hadits dari Rasulullah saw yaitu: “Tinggalkan perkara yang meragukanmu, dan
ambil perkara yang tidak meragukan”.(HR. At-Tirmidzi)
Coba pikirkan dan
renungkan, jika masih banyak hal syubhat yang kita lakukan maka wajarlah jika jauh
dari rasa tenteram. Hati selalu was-was dan resah karena banyak hal meragukan
yang kita kerjakan.
Adakah ketenangan hati
dan kebahagiaan seorang mukmin jika masih banyak berkubang dalam hal
syubhat?Tentu tidak. Begitulah, sebenarnya kebahagiaan dan kenikmatan Allah
yang diberikan kepada mukmin adalah ketika kita hidup sesuai tuntunan-Nya (syariat
Islam).
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!