Gerakan reformasi 1998 yang berhasil meruntuhkan rezim orde baru pimpinan Soeharto mengusung slogan anti KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme). Sudah 15 tahun masa itu berlalu, alih-alih memperbaiki kondisi di era Soeharto, yang terjadi malah KKN berjamaah. Demokrasi otoriter yang dipergaan era Soeharto bergati menjadi Demokrasi kebablasan di era reformasi. Tak ada satu partai politik peserta pemilu yang terlepas dari prakti KKN. Kasus-kasus yang ditangani KPK menunjukkan bahwa KKN sudah terjadi di partai politi secara sistemik. Mengapa saya katakan sistemik? karena sistem atau aturan ekonomi politik di Indonesia telah "memaksa" partai politik mempraktikan cara-cara kotor dalam pendanaan politiknya. Bagi-bagi kekuasaan diantara parpol seperti membagi-bagi kue kekayaan (kesejahteraan) melalui APBN atau APBD ditambah lagi kebijakan yang dihasilkan oleh orang-orang parpol sangat berpiha kepada "advantages" atau profit untuk dirinya, kelompok dan pengusaha yang mensponsorinya.
Yang menarik bagi saya yaitu apa yang menimpa kepada partai anak muda, partai kader yang mengusung "Bersih, Peduli dan Profesional" yang kemudian mengubah tagline nya menjadi "Cinta, Kerja dan Harmoni". Berikut ini saya tuliskan dalam bentuk wawancara yang telah saya sarikan dari sumber-sumber yang tidak bisa saya sebutkan. Yang jelas, para narasumber berasal dari Kementerian yang terkena masalah impor sapi.
Sejak partai ini berkuasa ada perubahan yang ditawarkan?
Ah, pada dasarnya semua partai sama saja, caranya saja yang sedikit di modifikasi.
Maksudnya?
Awal-awal jaman Pak Anton saja, seolah mereka memang menolak berbagai fasilitas "wah" yang ada, tapi lambat laun mereka mulai menikmati dan malah terlalu serakah.
Setahu saya, di jaman Pak Anton perekrutan PNS memang bersih tanpa pungutan sepeserpun?
Ya bisa jadi itu juga awal memerintahnya SBY berimbas juga. Tapi kalau anda tahu di dalam tentu tidak sebersih apa yang anda asumsikan. Kongkalikong yang dituduhkan Dipo Alam, sekarang semua terbukti.
Apa partai juga mengurusi semua masalah internal Kementrian?
Ya buan hanya di Kementerian ini, saya pikir hampir di semua institusi yang partai disana berkuasa, mereka akan memanfaatkan fasilitas dan dana untuk partai dan dirinya (memperaya diri).
Sebagai pegawai (pejabat) di kementerian yang tersandung kasus, apa anda percaya tuduhan/dakwaan KPK itu benar adanya?
Kalo secara hukum, saya serahkan kepada bukti-bukti hukum yang ada. Namun, praktik-praktik KKN oleh parpol itu mudah ditemui. Saya contohkan, untuk memperoleh jabatan atau mengamankan terutama posisi yang strategis harus didukung oleh orang partai atau pejabat yang punya pengaruh kuat. Pernah ada seorang pejabat yang akan di promosikan menjadi pejabat eselon 2 di pusat, tiba-tiba dia didatangi oleh orang yang mengaku dekat dengan Majelis Syuro. Sang pejabat ini tidak mengindahkan permintaan sejumlah uang yang diminta, dan satu jam sebelum pelantikan nama dia pun hilang dari promosi tersebut berubah ditempatkan di daerah.
Ada cerita yang lain?
Ya ada, di eselon 1 ada orang-orang partai dari kalangan PNS yang tugasnya mengumpulkan uang atas nama parpol. Ketika kasus suap menyuap terkuak, orang-orang tersebut menyurut dan lumayan "aman" bagi para pejabat dari teror "setoran/infak" yang ditagih oleh orang-orang partai.
Kalo tidak bayar "setoran/infak" bagaimana?
Ya siap-siap jabatan hilang atau dimutasi.
Separah itukah?
Ya mungkin seperti inilah kondisinya.Ibarat ayam, pejabat yang tidak "infak" seperti ayam yang tidak bertelur. Dan jangan tanya bagaimana untuk membuktikan sistem setoran tersebut, tidak akan pernah ada buktinya.
Berarti sistem karir sudah tidak berlaku?
Ya tetap berlaku tetapi semua bisa diatur. Banyak orang partai yang masuk jadi PNS lalu dalam waktu singkat menjadi pejabat dan menjadi makelar jabatan atau proyek-proyek karena mempunyai akses kepada parpol.
Kalo begitu sangat sulit memberantas KKN?
Hehe... parpol itu akan sangat kritis ketika belum berkuasa, setelah berkuasa toh mereka manusia, keserakahan juga dipraktikkan oleh elit-elit parpol termasuk partai berbasis agama. Misalkan, ketika makelar ini meminta "infak" kepada para pejabat yang disponsori tiap pejabat katakanlah meminta 50 juta. Sang pejabat mengumpulkan pejabat bawahnya dan meminta "infak" atas nama permintaan "orang berkuasa" sebesar 75 juta yang dibagi 4 pejabat. Lalu para pejabat ini mengumpulkan bendahara dan pengelola keuangan untuk "mencarikan" uang sebesar 20 juta. Dan bendahara/pengelola keuangan mencari-cari anggaran yang bisa di fiktifkan sebesar 30 juta. Dan staf-staf terbawah siap-siap tanda tangan spj fiktif dengan kompensasi 300-500 ribu.
Edan, apa tidak ada pejabat yang idealisme?
Ya pastinya masih ada, tapi jumlahnya sangat sedikit dan kalau pun ada paling terpinggirkan.
Bagaimana dengan staf-staf yang menolak praktik manipulatif tsb?
Ya seperti musuh dalam selimut, semua akan berhati-hati terhadap staf tsb. Biasanya staf itu tidak betah dan ingin pindah.
Saya punya teman yang sangat fanatik terhadap parpolnya, bahkan meskipun sudah jelas-jelas prakti kongkalikongnya dengan pengusaha dan pejabat, masih mengelak katanya ini rekayasa, konspirasi bahkan ada peran Yahudi, benarkah demikian?
Haha.... katakan pada temanmu, hiduplah di dunia nyata. Tak kan ada asap jika tak ada api. Lihat life style para petinggi partainya darimana mereka begitu cepat kaya. Disinipun banyak contohnya bagaimana keserakahan oknum partai memperkaya diri. Sudahlah semua partai itu sama saja. Tak ada tawaran perubahan yang lebih baik jika merekapun masih mempratikan keserakahan.
Jadi, pintar tidak lah cukup dalam dunia PNS?
Ya iyalah. Koneksi, uang dan power adalah segalanya di dunia PNS.
Yakinkah masih ada partai yang bersih dan mengusung perubahan?
Tidak, parpol peserta pemilu sama saja.
Demikianlah tulisan singkat ini tentang sistemiknya KKN yang dipraktikan oleh parpol, sebenarnya masih ada lagi tentang makelar-makelar pengadaan barang/jasa.
Tulisan ini semi imajiner karena penulis hanya mendapat cerita dari narasumber yang tidak ada bukti apapun untuk memperkuat ceritanya kecuali orang-orang yang diceritakan semuanya ada dan pernah penulis temui, termasuk pejabat baru dari orang partai yang begitu serakah.
Yang menarik bagi saya yaitu apa yang menimpa kepada partai anak muda, partai kader yang mengusung "Bersih, Peduli dan Profesional" yang kemudian mengubah tagline nya menjadi "Cinta, Kerja dan Harmoni". Berikut ini saya tuliskan dalam bentuk wawancara yang telah saya sarikan dari sumber-sumber yang tidak bisa saya sebutkan. Yang jelas, para narasumber berasal dari Kementerian yang terkena masalah impor sapi.
Sejak partai ini berkuasa ada perubahan yang ditawarkan?
Ah, pada dasarnya semua partai sama saja, caranya saja yang sedikit di modifikasi.
Maksudnya?
Awal-awal jaman Pak Anton saja, seolah mereka memang menolak berbagai fasilitas "wah" yang ada, tapi lambat laun mereka mulai menikmati dan malah terlalu serakah.
Setahu saya, di jaman Pak Anton perekrutan PNS memang bersih tanpa pungutan sepeserpun?
Ya bisa jadi itu juga awal memerintahnya SBY berimbas juga. Tapi kalau anda tahu di dalam tentu tidak sebersih apa yang anda asumsikan. Kongkalikong yang dituduhkan Dipo Alam, sekarang semua terbukti.
Apa partai juga mengurusi semua masalah internal Kementrian?
Ya buan hanya di Kementerian ini, saya pikir hampir di semua institusi yang partai disana berkuasa, mereka akan memanfaatkan fasilitas dan dana untuk partai dan dirinya (memperaya diri).
Sebagai pegawai (pejabat) di kementerian yang tersandung kasus, apa anda percaya tuduhan/dakwaan KPK itu benar adanya?
Kalo secara hukum, saya serahkan kepada bukti-bukti hukum yang ada. Namun, praktik-praktik KKN oleh parpol itu mudah ditemui. Saya contohkan, untuk memperoleh jabatan atau mengamankan terutama posisi yang strategis harus didukung oleh orang partai atau pejabat yang punya pengaruh kuat. Pernah ada seorang pejabat yang akan di promosikan menjadi pejabat eselon 2 di pusat, tiba-tiba dia didatangi oleh orang yang mengaku dekat dengan Majelis Syuro. Sang pejabat ini tidak mengindahkan permintaan sejumlah uang yang diminta, dan satu jam sebelum pelantikan nama dia pun hilang dari promosi tersebut berubah ditempatkan di daerah.
Ada cerita yang lain?
Ya ada, di eselon 1 ada orang-orang partai dari kalangan PNS yang tugasnya mengumpulkan uang atas nama parpol. Ketika kasus suap menyuap terkuak, orang-orang tersebut menyurut dan lumayan "aman" bagi para pejabat dari teror "setoran/infak" yang ditagih oleh orang-orang partai.
Kalo tidak bayar "setoran/infak" bagaimana?
Ya siap-siap jabatan hilang atau dimutasi.
Separah itukah?
Ya mungkin seperti inilah kondisinya.Ibarat ayam, pejabat yang tidak "infak" seperti ayam yang tidak bertelur. Dan jangan tanya bagaimana untuk membuktikan sistem setoran tersebut, tidak akan pernah ada buktinya.
Berarti sistem karir sudah tidak berlaku?
Ya tetap berlaku tetapi semua bisa diatur. Banyak orang partai yang masuk jadi PNS lalu dalam waktu singkat menjadi pejabat dan menjadi makelar jabatan atau proyek-proyek karena mempunyai akses kepada parpol.
Kalo begitu sangat sulit memberantas KKN?
Hehe... parpol itu akan sangat kritis ketika belum berkuasa, setelah berkuasa toh mereka manusia, keserakahan juga dipraktikkan oleh elit-elit parpol termasuk partai berbasis agama. Misalkan, ketika makelar ini meminta "infak" kepada para pejabat yang disponsori tiap pejabat katakanlah meminta 50 juta. Sang pejabat mengumpulkan pejabat bawahnya dan meminta "infak" atas nama permintaan "orang berkuasa" sebesar 75 juta yang dibagi 4 pejabat. Lalu para pejabat ini mengumpulkan bendahara dan pengelola keuangan untuk "mencarikan" uang sebesar 20 juta. Dan bendahara/pengelola keuangan mencari-cari anggaran yang bisa di fiktifkan sebesar 30 juta. Dan staf-staf terbawah siap-siap tanda tangan spj fiktif dengan kompensasi 300-500 ribu.
Edan, apa tidak ada pejabat yang idealisme?
Ya pastinya masih ada, tapi jumlahnya sangat sedikit dan kalau pun ada paling terpinggirkan.
Bagaimana dengan staf-staf yang menolak praktik manipulatif tsb?
Ya seperti musuh dalam selimut, semua akan berhati-hati terhadap staf tsb. Biasanya staf itu tidak betah dan ingin pindah.
Saya punya teman yang sangat fanatik terhadap parpolnya, bahkan meskipun sudah jelas-jelas prakti kongkalikongnya dengan pengusaha dan pejabat, masih mengelak katanya ini rekayasa, konspirasi bahkan ada peran Yahudi, benarkah demikian?
Haha.... katakan pada temanmu, hiduplah di dunia nyata. Tak kan ada asap jika tak ada api. Lihat life style para petinggi partainya darimana mereka begitu cepat kaya. Disinipun banyak contohnya bagaimana keserakahan oknum partai memperkaya diri. Sudahlah semua partai itu sama saja. Tak ada tawaran perubahan yang lebih baik jika merekapun masih mempratikan keserakahan.
Jadi, pintar tidak lah cukup dalam dunia PNS?
Ya iyalah. Koneksi, uang dan power adalah segalanya di dunia PNS.
Yakinkah masih ada partai yang bersih dan mengusung perubahan?
Tidak, parpol peserta pemilu sama saja.
Demikianlah tulisan singkat ini tentang sistemiknya KKN yang dipraktikan oleh parpol, sebenarnya masih ada lagi tentang makelar-makelar pengadaan barang/jasa.
Tulisan ini semi imajiner karena penulis hanya mendapat cerita dari narasumber yang tidak ada bukti apapun untuk memperkuat ceritanya kecuali orang-orang yang diceritakan semuanya ada dan pernah penulis temui, termasuk pejabat baru dari orang partai yang begitu serakah.
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!