Skip to main content

Reformasi Gagal

Active Image

Reformasi berlangsung 10 tahun sudah. Boro-boro rakyat tambah sejahtera, kehidupan mereka tambah sengsara. Belum lagi pemerintah mengumumkan akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) ketika harga kebutuhan pokok melambung. Betapa menderitanya rakyat.

Sampai-sampai ada anggota masyarakat yang memilih bunuh diri daripada menghadapi kesulitan hidup. Bahkan, mungkin ini sejarah selama Indonesia merdeka, ibu tega membunuh anak-anaknya karena tak lagi mampu menghidupinya. Ada juga ibu dan anak meninggal dalam waktu yang hampir bersamaan karena tidak makan. Reformasi menimbulkan repot nasi.

Impian reformasi untuk hidup lebih sejahtera sirna. Empat kali presiden Indonesia tak berhasil mengubah Indonesia secara fundamental. Perubahan memang ada, tapi sedikit. Yang paling menonjol adalah proses demokratisasi. Politik Indonesia berubah total. Presiden dipilih langsung. Demikian pula wakil rakyat dan para kepala daerah. Orang ramai-ramai bikin partai. Partai seperti komoditas. Karenanya Indonesia dipuja oleh para dedengkot demokrasi. Siapa lagi kalau bukan Amerika. Presidennya pun mendapat penghargaan atas jasanya memajukan demokrasi. Seperti tabiat orang umumnya, orang Indonesia sangat bangga kalau dipuja.

Sayangnya perubahan iklim politik ini tidak signifikan dengan kondisi ekonomi. Krisis ekonomi tak kunjung usai. Padahal negara lain yang diterpa krisis serupa telah mampu melompat menjadi negara-negara yang pesat perkembangan ekonominya dengan sumber daya yang terbatas. Sebaliknya Indonesia, hanya berkutat pada rebutan kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu bisa dimanfaatkan lagi untuk meraih kekuasaan berikutnya. Rakyat seolah dibiarkan hidup sendiri. Kalau susah, ya salah sendiri. Kalau minyak susah, ya masak aja pakai kayu. Ada jurang pemisah antara rakyat dan penguasa. Penguasa lupa akan tugasnya melayani rakyat. Sering terlihat, justru penguasa yang minta dilayani.

Banyak yang gemas dengan penguasa sekarang. Terlebih-lebih sepak terjangnya lebih memperhatikan kepentingan asing daripada rakyatnya sendiri. Ladang-ladang minyak dijual ke asing. BUMN dilego ke asing. Undang-undang disusun oleh asing. Terjadi asingisasi. Tangan-tangan asing menjerat di semua lini. Mafia Berkeley berkuasa di sektor ekonomi. Indonesia menjadi jajahan kompeni model terkini.

Yang menyedihkan, para aktivis reformasi seperti tak peduli. Mana suaranya? Idealismenya? Mereka asyik menikmati usahanya berupa kedudukan dan jabatan. Rakyat yang dulu mendukungnya dilupakan.

Sejatinya reformasi hanyalah mengubah formasi kedudukan. Yang sebelumnya jadi orang jalanan, menjadi birokrat dan penguasa. Yang sebelumnya nganggur, dapat posisi mentereng di meja kekuasaan. Yang sebelumnya miskin, langsung bisa kaya karena jabatan baru. Harta, tahta, dan wanita, yang sebelumnya impian, jadi kenyataan.

Kita terjerumus dalam lubang yang sama. Dulu kita hancur karena sistem kufur kapitalisme di zaman Orde Baru. Tapi itu kita ulang lagi dalam era reformasi. Banyak dari kita tidak mau belajar. Negara yang baik tidak hanya ditentukan oleh pemimpin yang baik, tapi juga oleh sistemnya yang baik. Sistem yang baik ini tentu bukan dari manusia, karena dia terbatas. Sistem yang baik harus datang dari Yang Maha Baik. Itulah Islam. Inilah jaminan bagi kehidupan yang baik, yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kembali kepada Islam adalah keniscayaan dan wujud keimanan.[red/www.suara-islam.com]

Comments

Popular posts from this blog

Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Teringat masa bebrapa waktu yang lalu. Dunia web dan blog, seolah sutu hal yang menakjubkan bagiku. Dan terbesit sebuah tanya? bagaiman ya kok bisa membuat web yang begitu bagus. Mungkinkah seorang tanpa dasar ilmu komputer atau IT bisa membuatnya. Seiring perkembngan dunia internet. Ilmu ngeweb dan ngeblog begitu banyak bergentayangan, sehingga mampu membantu orang-orang yang awam tentang dunia bahasa pemrograman menjadi begit mudah. Jika saja, saya berkata "Tidak" atau "Stop" setiap menemukan kesukaran maka ilmu yang saya dapat pun sebtas keputusasaan. namun berbeda setiap saya mendapati kesukran, untuk terus mencari jawabannya. Distulah letak kenikmatannya, yaitu ketika meneukan jawabannya. Yang awalnya begitu sulit, ketika kita mampu melewati kesulitan tersebut. Maka kemudahan dan senyuman yang akan terkembang. Dari proses pembelajaran ini, saya semakin yakin bahwa sunanhatullah harus dilakukan. Kepandaian bisa diperoleh dengan rajin belajar. Dan tiada pernah

Free domain dan web hosting

Buat webmu sendiri!. Anda yang suka berkreasi dengan web maka perlu mencoba untuk belajar terlebih dahulu dengan layanan gratis. ketika saya berselancar di dunia maya ini, kemudian ketemu dengan web hasil gratisan www.viladavid.co.cc yang sedang baru dibangun. usut punya usut ternyata web tersebut dibangun dengan gratisan semuanya mulai dari domain dan web hostingnya. Untuk domainnya bisa mendaftar ke co.cc, anda bisa tentukan nama domain (alamat web yang anda sukai) selama masih tersedia secara free, langsung ambil saja dan register. Untuk web hostingnya yang gratisan anda bisa baca penjelasan berbahasa inggris di bawah ini: If you wish to have a professional shared hosting quality in a free hosting package, come and host with 000webhost.com and experience the best service you can get absolutely free. Founded in December 2006, 000webhost.com has a trusted free hosting members base of over 60,000 members and still counting! Offering professional quality hosting, support, uptime a

Soekarno-Hatta International Airport closed due to heavy rain

Indonesia was forced to temporarily close its main international airport Friday because of poor visibility during torrential downpours, an official said. More than 60 planes were delayed or diverted. Forty-three flights were delayed and 21 diverted to other airports, Hariyanto said. Indonesia was pounded by rain late Thursday and early Friday, bringing traffic to a standstill in much of the capital, Jakarta. Citywide floods last occurred in February 2007 in Jakarta, much of which is below sea level. Environmentalists have blamed the flooding on garbage-clogged rivers, rampant overdevelopment and the deforestation of hills south of the city.