Ada yang menarik ketika mendapat kesempatan memimpin sekelompok kecil para planner yang senior-senior dengan berbagai karakter. Sebagai orang muda yang baru di tempat tersebut, saya harus belajar dan mengenal lingkungan. Tipe Te (thinking extrovert) membantunku untuk bisa membaca secara cepat pola kerja dan kerjasamanya.
Bulan kedua, ada anggota tim ku yang kecewa terhadap kepemimpinan dan manejerialku, padahal aku belum menerapkan apa-apa kecuali membaca situasi dan kondisi. Memang sih, zona nyaman mereka sedikit kuganggu. Tanpa mau mengenal diriku, sebagian meeka menghembuskan kekecewaan dan menyebar isu bahwa diriku tidak layak dan cemen. Salah seorang yang merasa paling bijak, seolah menjadi penasihat yang paling baik tanga sadar akan posisinya sendiri yang memprihatinkan. Banyak kenangan masa lalu yang diceritakan tentang kejayaan, seolah aku tak bisa apa-apa. Mereka belum tahu bahwa, aku seorang Te yang keras kepala dan menyukai kemenangan.
Konflik ini seolah energi baru bagiku, tantangan untuk menaklukan ego mereka agar tunduk dibawah "kuasa" ku, pemegang otoritas sebagai karakter seorang Te.
Kupelajari pola mereka "meremeh" kanku, dan kulakukan hal yang sama kepada mereka untuk meremehkan mereka. Tahu hasilnya? sekali lagi aku yang menang.
Semua mulai under control, terkoordinasi dan mengikuti arahan.
"25 orang saja pernah kupimpin, apalagi cuman 5 orang ini". Aku mulai susun bagaimana memanage mereka dan mengendalikannya. Hasilnya mulai terasa, timku paling bisa beregerak dan digerakkan.
Semarang, harus ada petualangan baru dengan tantangan baru. Apa yang harus kutaklukan?
Bulan kedua, ada anggota tim ku yang kecewa terhadap kepemimpinan dan manejerialku, padahal aku belum menerapkan apa-apa kecuali membaca situasi dan kondisi. Memang sih, zona nyaman mereka sedikit kuganggu. Tanpa mau mengenal diriku, sebagian meeka menghembuskan kekecewaan dan menyebar isu bahwa diriku tidak layak dan cemen. Salah seorang yang merasa paling bijak, seolah menjadi penasihat yang paling baik tanga sadar akan posisinya sendiri yang memprihatinkan. Banyak kenangan masa lalu yang diceritakan tentang kejayaan, seolah aku tak bisa apa-apa. Mereka belum tahu bahwa, aku seorang Te yang keras kepala dan menyukai kemenangan.
Konflik ini seolah energi baru bagiku, tantangan untuk menaklukan ego mereka agar tunduk dibawah "kuasa" ku, pemegang otoritas sebagai karakter seorang Te.
Kupelajari pola mereka "meremeh" kanku, dan kulakukan hal yang sama kepada mereka untuk meremehkan mereka. Tahu hasilnya? sekali lagi aku yang menang.
Semua mulai under control, terkoordinasi dan mengikuti arahan.
"25 orang saja pernah kupimpin, apalagi cuman 5 orang ini". Aku mulai susun bagaimana memanage mereka dan mengendalikannya. Hasilnya mulai terasa, timku paling bisa beregerak dan digerakkan.
Semarang, harus ada petualangan baru dengan tantangan baru. Apa yang harus kutaklukan?
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!