Mencoba memulai kembali, menulis apa yang harus ditulis.
Perhatianku tertuju pada komentar-komentar di sebuah Group di facebook. Pertandingan antara kebaikan dan kebatilan ternyata tidak hanya terjadi di dunia nyata. Di dunia maya bahkan lebih seru karena mereka lebih ringan untuk menuturkan apapun meski tanpa etika.
Saya pun mencoba mengamati bagaimana orang-orang liberal memanfaatkan jejaring sosial ini. Dari peserta diskusi, dari pihak liberal biasanya adalah orang-orang yang sudah nyaman dengan kehidupannya khusunya di dunia liberal sekarang ini. Mereka sduah nyaman dengan pekerjaanya (jangan tanya masalah halal haram ke mereka), mereka bisa bebas berkehendak semau mereka, sehingga waktu luangnya untuk cuap-cuap di FB utuk provokasi. Bagi penulis-penulis yang produktif atau yang mempelopori group biasanya mereka memprotek accountnya, sehingga akses diberikan bagi yang meng add saja dan jelas sekali minim informasi mengenai mereka. Sepertinya ada ketakutan semu dari mereka terhadap apa yang mereka perjuangkan. Entah di dunia nyata apa mereka juga berlaku demikian?
Sangat berbeda ketika saya mencoba berkunjung ke tempat rival liberal yaitu yang pro Islam. Komentar-komentar yang mereka suguhkan menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang tidak nyaman dengan kondisi kehidupan sekarang. Saya bisa merasakan kekuatan motivasi yang berbeda dengan pihak liberal. Pro Islam, menunjukkan ktidaknyamanan terhadap kondisi yng selalu bertentangan dengan islam. Meskipun ketika saya lihan account mereka atau jati diri mereka (pro Islam) adalah orang-orang yang secara materi sebenarnya sudah mapan (pekerjaan yang terhormat, pendidikan yang tinggi dan harta materi yang dimiliki juga sebanding dengan orang-orang liberal).
Pada pihak liberal, mereka sekuat tenaga untuk mengingkari kenyataan tentang kerusakan yang terjadi akibat pengaturan sistem yang salah ini dengan cara propaganda negatif tentang Islam (agar tidak membahas kerusakan akibat liberal). Maka anda bisa buktikan argumentasi meraka, seperti orang "mabuk khamr", pinjam sana sini argumen untuk menjatuhkan yang pro Islam, bahkan tak jarang mereka sering "mengadu domba" antar ormas Islam, seolah-olah ada ormas Islam yang tidak setuju dengan syariat islam.
Ada lagi perbedaan yang mencolok jika kita mau perhatikan, bagaimana performence orang-orang yang pro Islam ,meskipun di dunia maya maka kita bisa rasakan bagaiamana karakter mereka tentang ucapan dan keluarga yang mereka tonjolkan, seolah ingin menunjukkan bahwa mereka siap memunculkan kader-kader dari keluarga mereka yang siap menjadi penerusnya. Sedangkan pihak liberal, haha... anda bisa kmentari sendiri.
Namun ada kesadaran baru saya lihat di pro Islam, bahwa mereka kemudian mulai meninggalkan perdebatan yang sengaja dibuat liberal, sehingga group yang dibuat oleh pihak liberal mulai sepi di komentari oleh pro Islam. Jadi, bisa dibayangkan jika kemudian isu-isu yang sengaja ditampilkan hanya dikomentari oleh pihak liberal saja? tidak seru kan! Dan secara karakter manusiawi, olok-olok terhadap sesuatu yang baik akan membuat jenuh dan tiada artinya, hanya menghabiskan energi, dan pasti akan sepi dengan sendirinya alias ditinggalkan para komentatornya.
Fokus terhadap perjuangan Islam dan menggunakan enrgi untuk suatu yang nyata akan lebih bermanfaat daripada berolok-olok ria di dunia maya. Itulah hasil pengatan saya kali ini tentang Perang di Jejaring Sosial antara Islam Vs Liberal.
Yogyakarta, 6 januari 2011
Pengamat Jejaring Sosial
Perhatianku tertuju pada komentar-komentar di sebuah Group di facebook. Pertandingan antara kebaikan dan kebatilan ternyata tidak hanya terjadi di dunia nyata. Di dunia maya bahkan lebih seru karena mereka lebih ringan untuk menuturkan apapun meski tanpa etika.
Saya pun mencoba mengamati bagaimana orang-orang liberal memanfaatkan jejaring sosial ini. Dari peserta diskusi, dari pihak liberal biasanya adalah orang-orang yang sudah nyaman dengan kehidupannya khusunya di dunia liberal sekarang ini. Mereka sduah nyaman dengan pekerjaanya (jangan tanya masalah halal haram ke mereka), mereka bisa bebas berkehendak semau mereka, sehingga waktu luangnya untuk cuap-cuap di FB utuk provokasi. Bagi penulis-penulis yang produktif atau yang mempelopori group biasanya mereka memprotek accountnya, sehingga akses diberikan bagi yang meng add saja dan jelas sekali minim informasi mengenai mereka. Sepertinya ada ketakutan semu dari mereka terhadap apa yang mereka perjuangkan. Entah di dunia nyata apa mereka juga berlaku demikian?
Sangat berbeda ketika saya mencoba berkunjung ke tempat rival liberal yaitu yang pro Islam. Komentar-komentar yang mereka suguhkan menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang tidak nyaman dengan kondisi kehidupan sekarang. Saya bisa merasakan kekuatan motivasi yang berbeda dengan pihak liberal. Pro Islam, menunjukkan ktidaknyamanan terhadap kondisi yng selalu bertentangan dengan islam. Meskipun ketika saya lihan account mereka atau jati diri mereka (pro Islam) adalah orang-orang yang secara materi sebenarnya sudah mapan (pekerjaan yang terhormat, pendidikan yang tinggi dan harta materi yang dimiliki juga sebanding dengan orang-orang liberal).
Pada pihak liberal, mereka sekuat tenaga untuk mengingkari kenyataan tentang kerusakan yang terjadi akibat pengaturan sistem yang salah ini dengan cara propaganda negatif tentang Islam (agar tidak membahas kerusakan akibat liberal). Maka anda bisa buktikan argumentasi meraka, seperti orang "mabuk khamr", pinjam sana sini argumen untuk menjatuhkan yang pro Islam, bahkan tak jarang mereka sering "mengadu domba" antar ormas Islam, seolah-olah ada ormas Islam yang tidak setuju dengan syariat islam.
Ada lagi perbedaan yang mencolok jika kita mau perhatikan, bagaimana performence orang-orang yang pro Islam ,meskipun di dunia maya maka kita bisa rasakan bagaiamana karakter mereka tentang ucapan dan keluarga yang mereka tonjolkan, seolah ingin menunjukkan bahwa mereka siap memunculkan kader-kader dari keluarga mereka yang siap menjadi penerusnya. Sedangkan pihak liberal, haha... anda bisa kmentari sendiri.
Namun ada kesadaran baru saya lihat di pro Islam, bahwa mereka kemudian mulai meninggalkan perdebatan yang sengaja dibuat liberal, sehingga group yang dibuat oleh pihak liberal mulai sepi di komentari oleh pro Islam. Jadi, bisa dibayangkan jika kemudian isu-isu yang sengaja ditampilkan hanya dikomentari oleh pihak liberal saja? tidak seru kan! Dan secara karakter manusiawi, olok-olok terhadap sesuatu yang baik akan membuat jenuh dan tiada artinya, hanya menghabiskan energi, dan pasti akan sepi dengan sendirinya alias ditinggalkan para komentatornya.
Fokus terhadap perjuangan Islam dan menggunakan enrgi untuk suatu yang nyata akan lebih bermanfaat daripada berolok-olok ria di dunia maya. Itulah hasil pengatan saya kali ini tentang Perang di Jejaring Sosial antara Islam Vs Liberal.
Yogyakarta, 6 januari 2011
Pengamat Jejaring Sosial
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!