Skip to main content

Yogyakarta


14 februari 2010, keinginanku untuk bisa menikmati hidup di kota Yogyakarta akhirnya terwujud juga. Kesempatan itu datang seiring ketika ku bisa sekolah kembali di UGM. Yogyakarta, salah satu kota peninggalan peradaban kerajaan, hingga kini masih banyak bangunan-bangunan dan tradisi keraton yang masih terjaga meskipun hanya menjadi daya tarik wisata. Pola hidup kerajaan sudah tidak ada yang tertarik lagi khusunya generasi muda. Menurut pengalamanku hidup di beberapa kota yang berbeda, sebenarnya Yogyakarta hampir sam dengan kota-kota sekuler lainnya. Kehidupan hedon lebih terasa dan perjuangan (baca: penderitaan) hidup orang kebanyakan lebih mejadi model terbaik dari setiap sudut kota.
Mumpung sekarang lagi rame-ramenya berbicara tentang Polisi. Saya coba bandingkan opini masyarakat tentang polisi. Sebelum saya ke Yogyakarta, salah seorang teman yang pernah di Yogya mengingatkan dengan “keras” kepadaku “Mas, jika bawa motor, hati-hati. Polisinya pada resek”. Kupikir itu sentiment pribadi awalnya, tetapi emang fakta tidak bisa terbantahkan.
Saya tidak sedang menjudge keburukan polisi. Kita ketahui bersama tugas polisi sangatlah mulia, tetapi ada yang salah dengan sistem kepolisian kita sehingga merusak mental “oknum-oknum” nya. Polisi menjadi salah satu idaman para orangtua agar anaknya bias bekeja di dalamnya. Mungkin karena pengaruh liberalisme pasar yaitu hukum supply and demand, semakin banyak permintaan maka harga semakin mahal. Tak jarang orangtua mengorbankan apa saja agar anaknya bisa masuk ke kepolisian termasuk harta bendanya. Karena Indonesia bukanlah Negara Islam maka suap menyuap menjadi hal yang rumlah dan biasa dilakukan untuk mencapai tujuan. Meskipun mayoritas masyarakat beragam Islam, behubung Negara tidak menerapkan syariat Islam maka banyak orang Islam yang melanggar syariatnya.
Kembali kepada pesan temanku yang berhati-hati dengan Polisi di Yogya. Jika dilihat dari pola lalu lintas khususnya di kota Yogya, angkutan umum memang jalurnya terlalu rumit sehingga orang lebih suka memakai kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Pemakai sepeda motor di Yogya sangatlah berjibun. Jika tidak diatur secara benar pasti bisa bikin semrawut. Namun, jika berpikir bisnis, ini bisnis yang menjanjikan juga. Bagaimana dengan polisi? Jumlah polisi yang sedikit dibandingkan penggunanya tentu ga ngatasi. Oleh karena itu diperlukan intensitas “penjaringan” agar pelanggar selalu taat. Tapi jangan heran juga, jika anda ke yogya maka ada jalan-jalan yang kata orang setempat adalah jaring untuk menangkap pengendara yang baru ke yogya, karena rata-rata pasti tidak tahu jika ada aturan satu arah seperti di jalan terminal jombor. Anehnya lagi, polisinya malah mangkal di pojok jalan,sehingga setiap orang melihatnya mereka bukan mencegah terjadinya pelanggaran atau kecelakaan malah untuk menjaring atau menangkap orang-orang yang sudah terlanjur lewat di jalan terminal jombor itu.
Yah, inilah Indonesia memang perlu ada keterarutaran dan peningkatan kesejahteraan. Perlu ada revolusi menyeluruh segala sistem. Seharusnya kita tenang jika ada polisi bukan malah gelisah dan  tidak percaya. Jika anda gelisah karena ada polisi berarti anda adalah orang yang bersalah? Belum tentu!
Coba jawab pertanyaan berikut ini:
Jika anda punya masalah (anda tidak bersalah) dengan pengendara lain di lalu lintas apakah anda memilih berdamai dengan pengendara tersebut ataukan dibawa ke polisi?
Anda memakai helm SNI demi keselamatan diri atau selamat dari polisi?
Apakah urusan anda jika sudah masuk ke Polisi bisa lebih mudah selesai atau malah beribet?
Apakah anda setuju dengan amarhum Gus Dur bahwa Polisi yang jujur hanya ada dua yaitu patung polisi dan polisi tidur?
Jawaban anda menentukan tingkat kepercayaan anda kepada Polisi.
 



Comments

Popular posts from this blog

Suka Membaca

 Mengenaskan, literasi penduduk Indonesia cukup rendah. Hanya 1 orang dari 1000 orang yang suka baca. Pantas dan wajar jika dai pun kesulitan untuk mengajak ummat berpikir untuk bangkit dari keterpurukan. Membaca adalah ayat pertama yang dirunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Perintah ini seolah menjadi solusi awal dari masalah masyarakat yang jahiliah.  Begitupun rasanya jahiliah modern ini. Kemampuan dan kesukaan membaca sangatlah rendah sehingga mempersulit untuk mengajak dalam menyadari kondisi yang terpuruk dan segera bangkit. Mungkin, inilah solusi yang harus ditawarkan.  Membaca itu menjadi asyik jika merasa butuh. Membaca bukan hanya untuk membaca, namun ada target lebih mengapa harus suka membaca. Menulis misalnya merupakan skill yang tidak boleh tidak kudu suka membaca agar tulisannya berbobot dan kaya ide.  Menjadi pembicara juga akan menyenangkan untuk didengarkan jika apa yang dibicarakan banyak isi (daging semua), yang bisa diperoleh dengan membaca. M...

Lagi Rame Fufufafa

 Skandal akun Fufufafa menghangatkan politik di Indonesia. Bila benar memang fuffaf adalah akun milik Gibran, maka ini menjadi skandal yang memalukan bangsa karena banyak hatespeech dan rasis serta porno menghiasi statemen dan komentar fufufafa dalam akunnya.  Yang unik, fufufafa banyak menghina dan melecehkan Prabowo dan keluarganya. Banyak pernyataan fufufafa yang mengindikasikan isi kepala nya tak jauh dari porno dan kebencian. Menjijikkan! itulah kesan pertama membaca isi statemen fufufafa di kaskus. Entahlah apa yang terjadi bila Prabowo keluarga dan timnya tahu mengani skandal fufufafa ini, masihkah mereka nyaman bekerjasama dengan pelaku ujaran kebencian dan rasisme ini.  Menjadi babak baru bagi perpolitikan Indonesia. Pelajaran politik berharga bagi anak bangsa bahwa politik itu adalah urusan rakyat yang diberikan kepada penguasa untuk memberikan kemudahan dan pelayanan terbaik. Apa jadinya jika pelayan rakyat dengan paradigma dan pemikiran penuh ujaran kebencian ...

Aliran Sesat Satria Piningit Weteng Buwono

Pagi tadi, di salah satu stasiun TV di bahas tentang aliran sesat yang muncul ke permukaan yaitu aliran sesat Satria Piningit Weteng Buwono .Ternyata, markasnya di daerah Kebagusan Jakarta Selatan (dekat kantor kerjaku). Tidak dinyana, hari gini masih saja banyak yang percaya dengan ajaran-ajaran yang "nyleneh" alias ga masuk akal. Aliran ini dikabarkan memerintahkan SEKS BEBAS .Namun, salah satu eks pengikut aliran ini, Ricky Alamsyah membantah berita tersebut saat berbincang dengan mediaDia membantah bahwa aliran Satria Piningit ini mempraktekkan seks bebas sebagaimana diberitakan media massa. Yang ada, lanjutnya, pernah suatu waktu 13 orang pengikut diperintahkan untuk bugil bersama-sama. Kemudian, bagi pengikut yang sudah menikah disuruh untuk melakukan hubungan seks di situ disaksikan dengan pengikut lainnya. "Tapi, tidak ada tukar pasangan seperti yang diberitakan. Yang berhubungan badan, hanya pasangan suami istri saja," jelasnya.Namun, Ricky tidak menjela...