CAP (Catatan Akhir Pekan) kali ini membahas ramenya kasus Habib Bahar bin Smit yang tetiba ditahan dengan tuduhan menyebarkan kebohongan pembantaian km50.
Persidangan UYM dengan tuntutan penipuan investasi oleh para korban atau investor nya.
Vaksinasi mulai dilakukan untuk anak-anak, dan muncul beberapa berita yang meninggal pasca vaksin. Siapa yang bertanggungjawab?
***
Setelah dibebaskan dari penjara, HBS terus berdakwah dan berceramah didepan jamaah nya yang cukup banyak. Tampil dengan bahasa lugas, HBS dipuji oleh banyak orang karena berani bersuara termasuk menasihati Jenderal Dudung secara publik yang menyatakan Tuhan itu bukan orang Arab. Tak pelak, polemik ini semakin ramai ketika anak buah pak Dudung, ikut-ikutan mendatangi pesantren HBS. A. Fauzi namanya, yang tampil berseragam datang sambil memberi peringatan kepada HBS. Sontak, publik pun ramai kembali mempermasalahkan peran TNI AD ini, dan mengaitkannya juga dengan kasus KKB Papua.
Hasilnya, HBS dikandangkan kembali dengan tuduhan penyebaran kebohongan kasus km50 yang menewaskan WNI oleh aparat.
Ada yang mengatakan, pola kasus HBS ini seirama dengan HRS. Kasusnya dipaksakan untuk membungkam suara kritisnya. Wallahu'alam.
Semakin rame karena pendengung tetita memunculkan tokoh baru, yang tampil sebagai si kribo, seolah tanpa takut kena delik hukum, menuduh membabi buta terhadap ormas Islam, HRS dan HBS tidak islami. Tuduhan dan narasi si kribo bisa disaksikan di YouTube.
Para ulama dan tokoh-tokoh ormas Islam mulai menyadari bahwa kasus seperti HBS ini akan terus berulang, bila yang lain tidak mau bersatu dan berani bersuara juga. Maka, muncullah tekanan untuk segera menindak pelecehan keyakinan yang dilakukan FH. Muncul juga, komparasi yang menunjukkan perlakuan sangat berbeda bila pelakunya pendengung pendukung penguasa, kasusnya seolah hilang ditelan waktu. Sebut saja kasus Denny Siregar, Abu Janda, Ade Armando dan Eko Kuntadi yang terlihat seolah tak diproses hukum. Beda sekali jika pelakunya yang kritis terhadap penguasa seperti HRS, HBS dan Gus Nur.
Netijen sangat ramai berjuang adu tagar untuk menyuarakan keadilan ini, terutama proses hukum yang sangat berbeda kecepatannya.
Untuk kasus UYM, mulai banyak di YouTube yang melakukan testimoni tidak berjalannya patungan usaha yang dijalankan UYM. Di satu sisi, UYM terus membuat usaha baru bahkan bermain saham. Banyak yang mempertanyakan darimana sumber dananya. Ada yang menganalisis, salah satunya pengelolaan bisnis paytren yang menggunakan skema MLM, ternyata seperti moneygame, sehingga dipastikan pihak terataslah yang selalu untung besar dengan berkembangnya jaringan pendaftar baru. Namun, yang disidangkan kali ini, tuntutan usaha bersama atau patungan usaha yang menurut penuntut, tidak pernah ada laporan dan bagaimana usaha tersebut dijalankan sehingga pemodal merasa kehilangan opportunity lost. Satu sisi, aset milik UYM dan partnernya terus bertambah. Ada ketidakadilan. Kalo pun gagal, harusnya aset tersebut dikembalikan ke semua pemodal.
Secara non materi, UYM mulai kehilangan "trust" dari ummat, sehingga kemungkinan apapun gagasan usaha UYM untuk narik iuran atau patungan ummat, tidak akan sebesar dulu awal usahanya. Pertarungan pengadilan ini lumayan seru karena mempertaruhkan juga kepercayaan. Uniknya, UYM yang juga dekat dengan tim penguasa, diserang juga oleh pendengung penguasa seperti Ade dan Rudi yang ikutan memojokkan UYM. Meskipun, oleh kalangan politisi, itu bagian strategi pendengung untuk meramaikan isu publik agar rakyat tidak terus-menerus mengkritik penguasa. Agar rakyat sedikit melupakan hak publik nya yang tak bisa merata diterima.
Seperti nya kasus UYM ini akan terus jadi isu menarik termasuk untuk pengalihan isu sensitif, apalagi bisa nyerang pihak islamis.
Keputusan vaksin bagi anak, mulai menuai kontra dengan beredar video pemaksaan disertai tangisan dan perontaan anak yang tak mau divaksin. Selain itu, mulai muncul juga resiko sakit bahkan kematian pasca vaksin, namun tak ada yang mau bertanggung jawab bahkan dinarasikan itu semua tidak terkait dengan vaksin. Entahlah. Padahal kalo mau dikomparasi dengan kondisi di negara maju seperti Jepang, tak ada pemaksaan vaksin bahkan pemberian pada anak belum diberikan sebelum ada kepastian science nya dan keamanannya.
Tak jarang, banyak pihak mencurigai permainan bisnis industri kesehatan lah yang membuat semua program kadang tak masuk akal dan terkesan dipaksakan.
Inilah sedikit CAP kali ini. Peliknya kondisi ekonomi dan kesehatan karena rumitnya kestabilan kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Sampai kapan?
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!