Skip to main content

Digital Banking "Memakan" Bank Yang Lain?

Terpikir, ketika ditawari untuk menginstal aplikasi pembayaran untuk ojek online bahwa perpindahan saldo dari bank konvesional ke bank digita tak bisa dihindari. Pernah ada seorang dosen yang bercerita bahwa kapitalisme akan memakan kapitalisme itu sendiri. Mungkin sudah terjadi pada keseharian kita namun tak menyadarinya karena kita hnya victim, korban.

Sejumllah digital bank bermunculan yang kita sebagai pemakain dan nasabahnya tak pernah tahu siapa, apa dan dimana mereka berada. Tiba-tiba saja apllikasinya sudah ada disetiap HP dan bisa digunakan untuk segala transaksi non cash. Darimana trust itu tiba-tiba muncul dan semua toko (pasar) barang/jasa menerima mereka dengan penuh kepercayaan memindahkan segalla transaksinya kepada mereka?. Menurutku, tentu saja yang punya apllikasinya dan digital bank tersebut adalah para kaptalis juga sehingga pemerintah pun membolehkan mereka beroperasi.

Kemaerin,kubaca berita salah satu bank bumn telah menutup kantornya dibeberapa cabang karena sepi. Dengan HP ditangan, semua tarnsaki semakin mudah tak harus ke kantor perbankan. Dan lagi coba diperhatikan mahalnya pelanyana e-banking bank-bank konvesional. Setiap transaksi yang melibatkan intitusi lain dibebankan biaya Rp.1.500-Rp.6.500, sangat mahal bila dibandingkan dengan bank digital yang menawarkan free transfer bahakn banyak promo cash back dalam setiap transaksiny. Penhalamanku dengan menggunakan ebanking bank mandiri memang sangat mahal ketika untuk transfer ke bank lain dan beli pulsapun masih kena biaya, bandingkan dengan OVO, Genius dll. Tentu saja, customer akan beralih kepada bank-bank baru yang kita sendiri tak tahu dimana rimbanya, hanya karena mempermudah transaksinya.

Mari kita pikir, jika uang-uang yang kita simpan di perbankan seperti BCA, Mandiri, BNI dll mulai berpindah ke OVO, Gopay, Genius, Dana, dll maka akan terjadi perpindahan capital antar bank. Persaingan tersebut membuat bank-bank lama akan pailit dan digantikan oleh kapitalis baru. Anehnya, para bank baru yang menggunakan digitalisasi bisa mencetak "uang" baru dengan sistem online dengan berbagai bonus dan pemotongan hanya untuk memindahkan saldo custoer dari bank lain ke bank digital. Bila saja perpindahan saldo dari bank lama ke bank diguital baru semisal hingga triliunan maka pihak bank baru bisa menjual saham dan investasi ke bidang yang lain dengan jaminan dan mengambil aih uang simpanan bank lama.

Menurutku,hasilnya akan ada banyak uang tambahan (digital) yang dicetak yang tak terkontroll sehingga berdampak kepada ekonomi riil.

Comments

Popular posts from this blog

Tantangan Dakwah di Dunia Kerja

 Sekulerisme merupakan paham yang memisahkan agama (aturan Allah) dan kehidupan. Agama, khususnya Islam, aturannay dikebiri hanya dibolehkan dijalankan dalam urusan ibadah ritual, sedikit masalah malan minum (halal) dan pernikahan (nikah dan cerai), selebihnya dianggap urusan private yang tidak boleh dipaksakan untuk diterapkan di area publik. Tentu saja, kondisi negeri yang menerapkan paham sekuler akan membuat menderita bagi orang-orang beriman. Bayangkan sesuatu yang diayakini benar tetapi tidak boleh dialakukan dan harus tunduk kepada yang tidak diyakini meskipun itu salah. Contohnya, ribawi praktik perbankan, dengan sistem simpan pinjam dan investasinya. Bunga bank menjadi faktor utama dalam akad ribawai yang dilegalkan bahkan "wajib" dilaksanakan, dan semua warga tidak bisa menolak akad tersebut. Di negeri berkembang, atau dengan pendapatan yang rendah, para pekerja dengan gajinya yang terkategori minim, dipastikan tidak akan mampu membeli rumah, mobil atau barang sekun...

Aliran Sesat Satria Piningit Weteng Buwono

Pagi tadi, di salah satu stasiun TV di bahas tentang aliran sesat yang muncul ke permukaan yaitu aliran sesat Satria Piningit Weteng Buwono .Ternyata, markasnya di daerah Kebagusan Jakarta Selatan (dekat kantor kerjaku). Tidak dinyana, hari gini masih saja banyak yang percaya dengan ajaran-ajaran yang "nyleneh" alias ga masuk akal. Aliran ini dikabarkan memerintahkan SEKS BEBAS .Namun, salah satu eks pengikut aliran ini, Ricky Alamsyah membantah berita tersebut saat berbincang dengan mediaDia membantah bahwa aliran Satria Piningit ini mempraktekkan seks bebas sebagaimana diberitakan media massa. Yang ada, lanjutnya, pernah suatu waktu 13 orang pengikut diperintahkan untuk bugil bersama-sama. Kemudian, bagi pengikut yang sudah menikah disuruh untuk melakukan hubungan seks di situ disaksikan dengan pengikut lainnya. "Tapi, tidak ada tukar pasangan seperti yang diberitakan. Yang berhubungan badan, hanya pasangan suami istri saja," jelasnya.Namun, Ricky tidak menjela...

Suka Membaca

 Mengenaskan, literasi penduduk Indonesia cukup rendah. Hanya 1 orang dari 1000 orang yang suka baca. Pantas dan wajar jika dai pun kesulitan untuk mengajak ummat berpikir untuk bangkit dari keterpurukan. Membaca adalah ayat pertama yang dirunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Perintah ini seolah menjadi solusi awal dari masalah masyarakat yang jahiliah.  Begitupun rasanya jahiliah modern ini. Kemampuan dan kesukaan membaca sangatlah rendah sehingga mempersulit untuk mengajak dalam menyadari kondisi yang terpuruk dan segera bangkit. Mungkin, inilah solusi yang harus ditawarkan.  Membaca itu menjadi asyik jika merasa butuh. Membaca bukan hanya untuk membaca, namun ada target lebih mengapa harus suka membaca. Menulis misalnya merupakan skill yang tidak boleh tidak kudu suka membaca agar tulisannya berbobot dan kaya ide.  Menjadi pembicara juga akan menyenangkan untuk didengarkan jika apa yang dibicarakan banyak isi (daging semua), yang bisa diperoleh dengan membaca. M...