Sungguh
kenikmatan tiada tara bagi orang-orang mukmin adalah diutusnya Rasulullah SAW
dengan membawa risalah Islam. Tanpa Rasulullah tentu kita tidak bisa merasakan
mulia dan indahnya Islam bisa sampai kepada kita semua. Keberadaan Rasulullah
di tengah ummat juga untuk membersihkan masyarakat dari kerusakan dan
kebinasaan dengan cara amar ma’ruf dan nahi munkar serta maghfiroh Allah melalui
Rasulullah SAW. Saat ini, kita bisa menjadi saksi bagi ummat lain bahwa kaum
mukmin adalah ummat terbaik dengan catatan melakukan karakter dakwah menyeru
kepada Islam dan amar ma’ruf nahi munkar. Warisan terbesar Rasulullah SAW
adalah Al quran dan Sunnah yang menjadikan masyarakt jahiliah menjadi masyarakt
yang mulia hingga peradabannya mampu memimpin dunia. Keberadaan Rasulullah SAW
menjadi nikmat yang sangat besar karena beliaulah kita bisa berIslam, bahkan
Allah SWT memuliakan Rasulullah SAW dengan sholawat kepada Nabi dan
memerintahkan seluruh mahlukNya untuk bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad
SAW. Sebagai hamba Allah dan mahlukNya bagaimana mungkin kita tidak mau
bersholawat kepadanya?. Selain Rasullulah SAW tidak ada yang mendapatkan
kemuliaan seperti hal tersebut.
Belajar
dari peristiwa kekalahan perang Uhud. Kaum muslimin bertanya-tanya “Mengapa
mendapat ujian musibah (Kekalahan) di perang Uhud, sedangkan janji Allah dan
RasulNya yang pasti memberikan kemenangan kepada kaum muslimin?”, maka
peristiwa tersebut merupakan pelajaran berharga bagi kita semua. Kekalahan
perang Uhud disebabkan karena kaum muslimin sendiri yaitu bermaksiat dengan
tidak taat kepada Allah dan RasulNya. Pasukan yang diperintahkan oleh Rasul
untuk tetap berjaga diposisinya, malah meninggalkan tempatnya dan berebutan
untuk mengambil ghonimah (harta rampasan perang) sebelum ada perintah Rasul
untuk hal tersebut.
Sesunggunya
Allah Maha Berkuasa memberikan kemenangan dan kekalahan kepada siapapun.
Kemaksiatan yang dilakukan menjadi sebab kekalahan. Kekalahan perang juga
pernah dialami oleh Kaum Kafir Quraisy ketika perang Badar. Maka terbunuhnya 70
muslim di perang Uhud juga pernah dialami oleh kaum Qurais di perang
Badar.Musibah ini menjadi pembelajaran berharga bagi kita bahwa pertolongan
Allah senantiasa dilimpahkan kepada ummat yang menolong agama Allah dengan
terikat (taat) kepada agama Allah.
Selain
itu, dengan adanya musibah kekalahan tersebut mampu membuktikan siapa yang
beriman dan siapa yang munafik. Krisis perang mampu memunculkan apa yang selama
ini ada dihati menjadi perkataan dan prilaku. Perang menjadi ujian bagi orang
munafik apakah benar-benar beriman atau hanya tipu dayanya saja. Tokoh munafik
seperti Abdullah bin Ubay disertai pengikutnya sejumlah 300 orang menarik diri
dari peperangan Uhud. Ketika dikatakan kepada mereka untuk berpeang di jalan
Allah baik dengan menyambut musuh maupun menunggunya di kota Madinah, maka
mereka menjawad dengan alibi bahwa mereka tidak bisa berperang. Bahkan ketika
70 orang syahid di medan perang, kaum munafikin menyindirnya dengan mengatakan
“Seandainya mereka mau mendengarkan dan mengikuti sarannya agar tidak berperang
di Uhud tentu mereka tidak akan mati”. Hal tersebut langsung dijawab Allah SWT
dalam surat Ali Imran ayat 168 dengan firman Nya “..Cegahlah kematian itu, jika
kamu orang yang benar”. Allah membongkar apa yang ada di hati kaum munafikin
dan mematahkan argumentasi mereka. Kematian itu akan datang meskipun sembunyi
di benteng yang kokoh. Kaum munafik sesunggunya takut mati dan
argumentasi-argumentasi mereka hanyalah lip
service saja, antara yang diucapkan tidaklah sama dengan yang dihati.
Bahkan
Allah menegaskan dalam ayat selanjutnya (Ali Imran:169), “Dan jangan
sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,
sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki”. Hal ini
merupakan pembalikan dari argumen munafikin yang mencibir para syuhada Uhud.
Sebab turunnya ayat tersebut, kaum mukmin yang gugur, ruh-ruhnya di bawa oleh
burung-burung yang terbang ke sungai-sungai di surga dan mereka bisa menikmati
kenikmatan hidup di surga, hingga para syuhada saling berdialog diantara mereka
agar kaum mukmin yang masih hidup di dunia bersungguh-sungguh berjihad di jalan
Allah karena nikmatnya balasan Allah bagi para syuhada. Lalu, Allah mengabarkan
perihal mereka dengan menurunkan ayat ini. Begitulah kenikmatan para syuhada
yang dikabarkan bahwa mereka hidup dengan rizki Allah di surga. Ini menjadi
informasi berharga bukan hanya bagi orang-orang munafik bahwa kondisi syuhada
bukanlah mati malah mereka hidup di alam lain (surga) dengan penuh kenikmatan
dari rizki Allah.
Begitulah
kaum munafik, yang tak pernah berhenti untuk mempengaruhi kaum mukmin agar
meninggalkan ketaatannya kepada aturan-aturan Allah.
Wallahu’alam.
Bogor, 10 Desember 2016
Sumber Ide Tulisan: Kajian Tafsir Surat Ali Imran 164-169 yang diasuh oleh Al Ustadz Abu Fuad
Memang sekarang banyak org munafik. Mereka memusuhi Islam tp mengaku mencintai Islam.
ReplyDeleteNa'udzubillah..