Sudah lama juga tidak up-date tulisan. Semenjak pindah di bagian lain dan bergaul dengan orang-orang partai yang cepat naik jabatan (meroket) banyak hal yang bisa diambi himahnya. Meskipun konon partai dakwah ternyata dakwah di internalnya sangat lemah, terbukti banyak penyelewengan wewenang dan amanah terutama masalah harta sangat longgar. Tidak ada teguran, nasihat atau bahkan hukuman jika ada kader yang tampak dengan kasat mata melanggar syariat semisal berbohong (banayk melakukan fikitif anggaran) atau suap menyuap.
Dari berbagai kisah yang tragis di sekitar kader yang jadi pejabat, cerita imajinerku bermula kembali.
Sebut saja namanya Slamet, staf yang tak pernah diperhitungkan sebelumnya ini biasanya terlihat hanya di sekitar masjid ketika sholat dhuhur berjamaah. Entah seperti apa kualitas dan sepak terjangnya, tiba-tiba ketika partainya berkuasa, dia bisa menggeser posisi strategis dan menduduki jabatan Eselon IV. Tak lama, dia pun bisa mendapatkan kepercayaan orang pentin partai untuk mencari pendanaan. Dia pun mampu mengsusulkan siapa yang layak menjadi pejabat. Peran penting ini mengantarkan dia naik menjadi Eselon III.
Apa lacur, kualitasnya belum mumpuni, kerjaannya hanya lempar pekerjaan ke staf-stafnya, yan penting dia mempunya catatan siapa saja yang mengerjakan tugas-tugas yang telah dia perintahkan. Stafnya pun antara bingung dan bersyukur, karena bisa banyak belajar dan mengerjakan kerjaan para pejabat.
Atas nama orang partai yang berpengaruh (bisa mencopot jabatan), dia mulai memalak pejabat-pejabat yang jadi pejabat karena rekomendasianya. Bahasanya sih bukan setoran tapi iuran atau lebih Islami disebut Infaq dan shadaqah. Pejabat-pejabat yang dia datangi dan tidak membayar infaq siap-siap saja tergusur dari jabatannya. Mutasi adalah hal biasa!
Dalam waktu sekejap, Slamet bisa membangun kerajaan kecilnya di kampung dengan membeli tanah dan membangun rumah mewah, beum lagi mobilnya. Tambah lengkap jika kemudian mendaftar untuk naik haji. Pimpinan partai yang mencontohkan untuk poligami, bisa ditiru juga menjadi lifestyle. "Daripada selingkuh (zina) lebih baik menikah".
Dalam sadarku, dari cerita imajiner diatas, Ya Allah jauhkan aku dari harta-harta haram hasi manipulatif, berbohong atau bahkan dari setoran-setoran apalgi diatas namakan infaq.
Perubahan apa yang kalian tawarkan? Kecuali kesejahteraan bagi saudara-suadara dan kelompok kalian saja?
Lucunya, banyak kutemui orang yang memelihara jenggot (niat mencontoh Rasulullah SAW) agar seolah menjadi satu kelompok dengan yang berkuasa, sayangnya kepribadian masih jahiliah. Fiktif dan minta uang suap masih menjadi tradisi. Jangan terkecoh oleh jenggot dan performance para pemangku jabatan. Sesungguhnya merekalah yang layak untuk didakwahi dan dirubah.
Cinta dunia membutkan mata hati dan nurani, seolah agama hanya ketika sholat dan naik haji.
Entah solusi apalgi untuk orang-orang yang keras hati keculai ku harus segera pergi dan berkumpul kembali dengan orang-orang pencari kebenaran dan pecinta ilmu.
Dari berbagai kisah yang tragis di sekitar kader yang jadi pejabat, cerita imajinerku bermula kembali.
Sebut saja namanya Slamet, staf yang tak pernah diperhitungkan sebelumnya ini biasanya terlihat hanya di sekitar masjid ketika sholat dhuhur berjamaah. Entah seperti apa kualitas dan sepak terjangnya, tiba-tiba ketika partainya berkuasa, dia bisa menggeser posisi strategis dan menduduki jabatan Eselon IV. Tak lama, dia pun bisa mendapatkan kepercayaan orang pentin partai untuk mencari pendanaan. Dia pun mampu mengsusulkan siapa yang layak menjadi pejabat. Peran penting ini mengantarkan dia naik menjadi Eselon III.
Apa lacur, kualitasnya belum mumpuni, kerjaannya hanya lempar pekerjaan ke staf-stafnya, yan penting dia mempunya catatan siapa saja yang mengerjakan tugas-tugas yang telah dia perintahkan. Stafnya pun antara bingung dan bersyukur, karena bisa banyak belajar dan mengerjakan kerjaan para pejabat.
Atas nama orang partai yang berpengaruh (bisa mencopot jabatan), dia mulai memalak pejabat-pejabat yang jadi pejabat karena rekomendasianya. Bahasanya sih bukan setoran tapi iuran atau lebih Islami disebut Infaq dan shadaqah. Pejabat-pejabat yang dia datangi dan tidak membayar infaq siap-siap saja tergusur dari jabatannya. Mutasi adalah hal biasa!
Dalam waktu sekejap, Slamet bisa membangun kerajaan kecilnya di kampung dengan membeli tanah dan membangun rumah mewah, beum lagi mobilnya. Tambah lengkap jika kemudian mendaftar untuk naik haji. Pimpinan partai yang mencontohkan untuk poligami, bisa ditiru juga menjadi lifestyle. "Daripada selingkuh (zina) lebih baik menikah".
Dalam sadarku, dari cerita imajiner diatas, Ya Allah jauhkan aku dari harta-harta haram hasi manipulatif, berbohong atau bahkan dari setoran-setoran apalgi diatas namakan infaq.
Perubahan apa yang kalian tawarkan? Kecuali kesejahteraan bagi saudara-suadara dan kelompok kalian saja?
Lucunya, banyak kutemui orang yang memelihara jenggot (niat mencontoh Rasulullah SAW) agar seolah menjadi satu kelompok dengan yang berkuasa, sayangnya kepribadian masih jahiliah. Fiktif dan minta uang suap masih menjadi tradisi. Jangan terkecoh oleh jenggot dan performance para pemangku jabatan. Sesungguhnya merekalah yang layak untuk didakwahi dan dirubah.
Cinta dunia membutkan mata hati dan nurani, seolah agama hanya ketika sholat dan naik haji.
Entah solusi apalgi untuk orang-orang yang keras hati keculai ku harus segera pergi dan berkumpul kembali dengan orang-orang pencari kebenaran dan pecinta ilmu.
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!