Jumat 17 Juli 2009 sekitar jam 7 pagi telah terjadi ledakan bom di Hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton, Jakarta. Ledakan dahsyat di kedua hotel itu diberitakan telah mengakibatkan 9 orang meninggal dunia dan lebih dari 50 orang luka-luka.
Kita semua pasti mengutuk tindakan keji tersebut. Sebagai seorang muslim, syariat islam mengajarkan kepada kita bahwa haram membunuh orang tanpa haq dengan motif apapun.
Kita semua berharap pihak berwenang bisa menangkap pelakunya dan sekaligus mengungkap motif di belakang kejadian tersebut.
Dan kita juga mesti hati-hati agar tidak gegabah berspekulasi dengan mengaitkan bom Mariot ini dengan gerakan islam. Bisa saja peledakan bom itu dilakukan oleh orang atau kelompok yang sengaja demi kepentingan politik untuk mendeskreditkan Islam.
Bersatu Lawan Terorisme
Terkait dengan peristiwa bom di Mega Kuningan, umat Islam sepatutnya bersatu-padu, berupaya membuktikan bahwa pemboman itu tidak dibenarkan dalam agama manapun, dan mengutuk tindakan tersebut. Lebih dari itu, umat Islam jangan mau mudah dipecah-belah, hanya gara-gara iming-iming materi, jabatan, atau dunia lainnya. Umat Islam harus ingat, teori politik belah bambu, satu kelompok diberi keluasaan dan kekuasaan, sedangkan kelompok yang lain ditindas dan dihancurkan.
Lantas siapa pelaku pemboman itu? Siapa itu Nurdin M. Top? Apakah asing juga terlibat? Tentu, kita harus menunggu pihak berwenang untuk mengungkap secara profesional dan proporsional siapa, pelaku, penggerak dan otak di balik itu semua.
Namun, dari berbagai informasi dan data, ternyata kelompok yang selama ini dituding di balik pemboman itu, juteru menolak aksi-aksi pemboman.
Abu Bakar Ba’asyir atau Wahyudin, tokoh sentral Ponpes Ngruki, tidak setuju jika peledakan bom di JW Marriot dan Ritz Carlton itu dilakukan kelompok muslim. Alasan Ba’asyir, sesuai rukun dan syarat jihad tidak dibenarkan melakukan peledakan seperti itu sebelum resmi menyatakan perang secara terbuka. (detik.com, rabu 22 juli 09).
Mantan aktivis JI, Abu Ghifari dalam diskusi di metrotv, Selasa malam, 21/7/09, menyatakan bahwa tidak ada dokumen mana pun dalam ajaran JI yang membenarkan adanya aksi pemboman dan menyuruh anggotanya untuk melakukan pemboman.
Sidney Jones juga menegaskan: “Penting untuk dibedakan antara Noordin dan JI. Dia memang anggota JI, tapi selama 5 tahun belakangan ini sudah menjadi ketua kelompok sempalan, di mana ada beberapa anggota JI tapi mereka tidak tunduk kepada JI sebagai organisasi,” kata Direktur International Crisis Group (ICG) kepada detikcom, Minggu (19/7/2009).
Bahkan dalam diskusi di metrotv, Selasa malam, 21/7/09, Sidney Jones menegaskan kembali bahwa petingi-petinggi JI tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan oleh Nurdin M. Top selama ini.
Juga Umar Abduh, salah satu aktivis yang dekat dengan JI, mengatakan dalam diskusi di tvone, Senin malam, 20/7/09 mengatakan bahwa JI hanya menjadi kambing hitam dari aksi pemboman itu.
Jika petinggi JI atau orang-orang yang selama ini dituduh terlibat dalam aksi-aksi selama ini menolak tindakan itu, dan tidak setuju dengan Nurdin M. Top, pertanyaannya adalah; Lalu siapa Nurdin M. Top Itu???
Kita juga tidak usah berspekulasi siapa dia, karena biarlah aparat berwenang membuktikan siapa dia sebenarnya?
Namun, boleh jadi, Nurdin M. Top adalah “piaraan” kepentingan tertentu, termasuk kepentingan asing yang jelas-jelas tidak suka dengan Islam, yang setiap saat atau kapan pun ia dibutuhkan, ia akan beraksi dan meledakkan . Dan itu yang terjadi selama ini, ketika umat Islam Indonesia sedang berpartisipasi dalam pemerintahan, atau ketika partai politik Islam ikut serta dalam pemilu atau menghadapi pemilu atau peristiwa-peristiwa tertentu, ketika itu, bom-bom diledakkan, dan tangan-tangan yang tidak bertanggung-jawab menelunjuk umat Islam. Inilah kenyataannya.
Sekarang, Teror yang terjadi bukan lagi oleh Noordin tetapi oleh media yang terus menerus memberitakan tentang Nordin dan Densus. Media melakukan teror psikologi masa. Padahal, kita semua tahu pelaku bom pun melakukan bomnya dengan sasaran asing dan tempat-tempat yg dianggap mereka milik asing. Meskipun kita semua tidak mentolerir ppelaku bom tersebut.
Islam tertuduh kembali
Akibat bom Mariot ini, Rohan Gunaratna Direktur International Center for Political Violence and Terrorism Research (ICPVTR) di Nanyang Technological University Singapura langsung menuduh kelompok Islam. Menurut Gunaratna, pengeboman di Indonesia tidak akan berhenti sampai “pemimpin spiritual” JI, Abu Bakar Ba’asyir ditangkap dan dipenjara. Tudingan yang sama disuarakan Sidney Jones dari ICG.
Isu bom selalu diikuti oleh bola liar yang nyata-nyata tidak ada hubungan sama sekali. Seperti pengkaitan terorisme dengan perjuangan syariah dan khilafah dengan menganggapnya sebagai ideologi kekerasan.Semata-mata karena yang dituduh sebagai pelaku pemboman juga mencita-citakan hal yang sama. Padahal perjuangan syariah Islam dan Khilafah seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah saw bukanlah dengan jalan kekerasaan.
Bola liar lain adalah menggelindingkan isu Islam moderat . Isu-isu yang hanya menguntungkan pihak musuh. Meskipun awalnya dikaitkan dengan isu terorisme, moderat yang mereka maksud adalah sikap menerima perlakuan penjajah dengan mendistorsi makna jihad dalam pengertian perang. Moderat juga sikap terbuka terhadap nilai-nilai Barat padahal bertentangan dengan Islam seperti liberalisme, sekulerisme, dan pluralism.
Ledakan bom yang terjadi di Indonesia justru dijadikan AS dan sekutunya sebagai alat untuk mengintervensi atas nama kerjasama perang melawan terorisme.
Tulisan diambil dari beberapa artikel tentang Bom Mariot.
Comments
Post a Comment
Allah always see what we do!